Nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Sleman mengalami kenaikan yang signifikan pada tahun 2016 hingga melampaui target yang ditargetkan.

“IPM Kabupaten Sleman berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang pada tahun 2016 ditargetkan sebesar 80,90 ternyata realisasinya mencapai 82,15. Sehingga realisasinya jauh melebihi target yang ditetapkan.” Tutur Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Sleman, Kunto Riyadi di ruang kerjanya.

Kunto menjelaskan kenaikan nilai IPM Kabupaten Sleman pada tahun sebelumnya  mengalami kenaikan 0,5 yaitu dari 80,73 pada tahun 2014 dan meningkat menjadi 81,23 pada tahun 2015, sedangkan pada tahun 2016 terjadi kenaikan yang signifikan dari tahun sebelumnya yaitu 82.15.

Kenaikan nilai IPM Kabupaten Sleman yang signifikan dinilai Kunto sangat jauh melampaui target. Pasalnya, untuk target nilai IPM pada akhir tahun 2012 berdasarkan RPJM hanya sampai 81,15. “Untuk tingkat Kabupaten, kita (Kabupaten Sleman) sudah termasuk nilai IPM tertinggi di Indonesia,” ungkap Kunto.

Penilaian nilai IPM sendiri berdasarkan kepada 3 variabel yaitu kesehatan diwakili angka harapan hidup, pendidikan diwakili oleh harapan lama sekolah, kemudian ekonomi dilihat dari kemampuan daya beli dan pendapatan perkapita.

Dari ketiga indeks Pembentuk IPM, pada 2016 indeks terbesar yang mempengaruhi adalah indeks pendapatan rill perkapita sebesar Rp.14,921 juta , indeks pendidikan yakni harapan lama bersekolah 16,08 tahun, dan indeks harapan hidup 74,60 tahun.

Lebih lanjut Kunto menjelaskan bahwa, meskipun mengalami kenaikan ada kemungkinan terjadi penurunan terhadap nilai IPM yaitu pada variabel ekonomi. Beberapa faktor yang mempengaruhi variabel ekonomi tersebut yaitu jika adanya resesi ekonomi akibat bencana alam yang mengakibatkan turunnya pendapatan perkapita serta penurunan PDRB seperti tahun 2010 yang lalu.

Kunto juga mengatakan meskipun kemungkinan penurunan nilai IPM sangat kecil, pihaknya tetap fokus kepada perencanaan terutama dalam variabel ekonomi yang dinilai masih perlu ditingkatkan dibandingkan dengan dua indikator lain yaitu kesehatan dan pendidikan yang dinilai dalam kondisi baik di Kabupaten Sleman.

“Sekarang kita tinggal ngejar dan melakukan penguatan ekonomi lokal, karena indikator kesehatan dan pendidikan sudah lebih memadahi dan cukup tinggi. Kalau saja kita bisa menyamai kota pendapatan perkapita dan daya belinya, tentu IPM Sleman akan lebih baik lagi. Di DIY kita nomor 2 sesudah kota.” Jelasnya.

Kunto menambahkan, untuk tahun 2018/2019 ada tiga hal yang menjadi fokus yaitu kemiskinan yang secara otomatis terkait lansung dengan ekonomi, kemudian daya saing ekonomi lokal mencakupi pariwisata, industri, UMKM dan lainnya agar mampu bersaing, dan permasalahan ketimpangan wilayah yang diharapkan dapat menjadi solusi dalam meningkatkan pendapatan masyarakat Kabupaten Sleman yang sampai saat ini tercatat sekitar Rp15.000.000,00 perkapita.