Bupati Sleman, Sri Purnomo membuka acara Pendampingan Teknis Petugas Barak Pengungsian, Jumat (11/8), di Aula Unit 1 Pemda Sleman. Acara yang prakarsai oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman tersebut bertujuan untuk mengoptimalkan pelayanan pengungsian secara responsif, cepat dan efisien.

Sri Purnomo mengatakan bahwa penanganan bencana di Kabupaten Sleman telah terkoordinasikan dengan baik. Namun menurutnya Pemerintah Kabupaten Sleman tidak bisa melaksanakan penanganan tersebut tanpa partisipasi masyarakat. Lebih lanjut Sri Purnomo mengatakan bahwa Sleman memiliki potensi bencana erupsi Gunung Merapi yang tidak dapat diprediksikan kehadirannya. Maka dari itu, Pemkab Sleman menyadari pentingnya mengupayakan mitigasi bencana sejak dini kepada masyarakat.

“Jadi di Sleman itu dari Tahun 2014 sampai dengan saat ini sudah ada 36 Desa Tangguh Bencana, 48 Sekolah Siaga Bencana dan 16 pasang sister school ,” kata Sri Purnomo dalam sambutannya.

Dikatakan Pula oleh Sri Purnomo bahwa Gunung Merapi telah menjadi model untuk penanggulangan bencana erupsi dari berbagai pihak, baik dari dalam maupun luar negeri. Menurutnya pada bencana erupsi Gunung Merapi tahun 2010 lalu, Pemerintah Kabupaten Sleman mampu mengkoordinir kurang lebih 20.000 pengungsi dengan baik.

“Mereka banyak belajar kepada kita bagaimana caranya mengevakuasi sedemikian banyak korban dengan waktu dua jam saja. Tentu ini berkat kerjasama dari seluruh elemen masyarakat,” jelas Sri Purnomo.

Sementara itu, Prof. Dr Syamsul Maarif, S.IP., M.SI, mantan ketua BNPB  yang turut hadir pada kesempatan tersebut mengatakan bahwa perihal pengungsian harus dikelola dengan baik. Dia mengatakan terkait pentingnya pendataan jumlah pengungsi by name by address. Maka, lanjutnya,  data pengungsi tersebut dapat digunakan untuk rencana seberapa banyak persedian bantuan dan sebagai dasar pendistribusian logistik untuk pengungsi.

Acara tersebut akan dilanjutkan dengan kegiatan simulasi yang akan dilaksanakan di Posko Utama Pakem pada hari Sabtu tanggal 12 Agustus 2017. Selain itu, simulasi juga dilaksanakan di lima barak pengungsian, diantaranya Brayut, Plosokerep, Umbulmasrtani, Pandanpuro dan Purwobinangun. Kegiatan tersebut diikuti oleh 40 peserta yang terdiri dari perwakilan BPBD Kab. Sleman, Dinas Sosial, Dinas Komunikasi dan Informatika, Humas Pemda, Camat, Kepala Desa, Tokoh Masyarakat, Babinsa (TNI), Babinkamtibmas (Polri) dan petugas pos barak pengungsian.