Asosiasi Petani Salak Kabupaten Sleman Prima Sembada berkerjasama dengan Dinas Pertanian Provinsi Yogyakarta mengadakan Pelatihan Mutu dan Teknis Pertanian Salak yang terpusat di Trumpon, Merdikorejo, Tempel, Sleman. Pelatihan yang akan dilaksanakan pada tanggal 25, 27 dan 29 Juli 2017 tersebut didukung oleh Kementerian Pertanian Republik Indonesia dan Pemerintah Selandia Baru.

Bupati Sleman, Sri Purnomo dalam sambutannya yang diamanahkan kepada Asisten Sekretaris Daerah Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Dra. Suyamsih, M.Pd, megatakan bahwa hal ini menunjukkan bahwa buah salak di Kabupaten Sleman adalah komoditas yang harus selalu kita jaga kualitasnya. Maka, lanjut Suyamsih, perlu kesadaran bersama untuk mengelola komoditas salak ini dengan baik  sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan para petani salak. Ia juga berharap kepada para petani salak yang belum melakukan register ladang ataupun hasil, untuk segera melakukan register. “Karena itu akan meningkatkan harga jual salak”, jelas Suyamsih.

Lebih lanjut, Suyamsih mengharapkan buah salak tersebut harus dijaga kualitasnya dan dipromosikan dengan baik supaya mendapatkan respon yang baik pula dari pembeli. Ia berharap para petani salak tidak menjual buah salak yang berkualitas kurang baik. “Jangan sampai salak yang jelek-jelek itu nanti disempilkan ketika dijual. Itu malah akan merugikan petaninya sendiri”, tutur Suyamsih.

Sementara itu Duta Besar Selandia Baru untuk Indonesia, Trevor Matheson, mengatakan bahwa menurutnya buah salak adalah buah yang “seksi”. Karena banyak dari masyarakat Selandia Baru yang belum pernah mengetahui buah salak. Sehingga perlu sosialisasi yang baik untuk memperkenalkan buah salak kepada masyarakat. Selain salak, ada dua buah tropis lainnya yang diimport Selandia Baru dari Indonesia, yaitu Manggis dan Mangga. “Manggis sudah kita import, sekarang kita akan impor salak, dan setelah ini kita akan mengimport juga Mangga”, kata Matheson dengan bahasa Inggris.

Tujuan pelatihan mutu dan teknis untuk 50 petani salak (17 perempuan) yang tergabung di Asosiasi Petani Salak Sleman Prima Sembada ini adalah agar petani salak Indonesia, khususnya di Sleman, lebih mengerti persyaratan karantina yang harus dipenuhi dalam mengirimkan produk salak ke Selandia Baru .

Pada Juni 2017 Pemerintah Selandia Baru mengeluarkan kebijakan baru tentang Standar Kesehatan Impor untuk salak Indonesia atau The Impor Health Standard (IHS) for Indonesia salacca. Standar ini dikeluarkan oleh Kementrian Industri Primer Selandia Baru (New Zealand Ministry of Primary Industries) setelah melakukan konsultasi persyaratan teknis dengan Badan Karantina  Pertanian di kementrian Pertanian RI dan disetujui bersama oleh kedua belah pihak. Pelatihan ini merupakan sarana untuk memperkenalkan HIS kepada Pemerintah Kabupaten Sleman  sebagai pintu masuk untuk disebarkan dan dilanjutkan ke petani salak lainnya di seluruh Indonesia.

Asosiasi Petani Salak Sleman Prima Sembada, Yogyakarta menjadi tuan rumah peluncuran HIS ini karena telah menjadi mitra New Zealand Aid Progamme – Ministry of Foreign Affairs and Trade sejak 2011. Saat itu pemerintah Selandia Baru mendukung lebih dari 300 petani salak Sleman yang terkena dampak letusan Merapi pada 2010 dengan progam pemulihan ekonomi. Saat ini jumlah petani salak yang tergabung dalam Asosiasi Prima Sembada sudah berjumlah lebih dari 1400 orang petani.

Dukungan  Selandia Baru sebesar NZD 500,000 atau IDR 2,9 Milyar (2011-2013) kepada petani salak Sleman Prima Sembada melalui Indonesia Disaster Fund tersebut berhasil dimanfaatakan oleh anggota asosiasi untuk mendapatkan sertifikasi organik. Sejak itu Asosiasi Prima Sembada berkembang dari 300 anggota menjadi 1400 dan berhasil ekspor salak ke Tiongkok dan Singapura.

Tahun ini, Kedutaan Besar Selandia Baru kembali mendukung Prima Sembada sebesar IDR 129.429.000,- untuk memperbaiki fasilitas pengemasan salak. Pelatihan ini dihadiri oleh Duta Besar Selandia Baru untuk Indonesia, Bupati Sleman dan perwakilan dari Kementrian Pertanian. Harapannya, rakyat Selandia Baru dapat segara menikmati salak Sleman di negeri Kiwi tersebut.