Bongol Jagung Disulap Jadi Karya Seni di Tangan Pengrajin Minggir, Sleman
Lukisan dari cat minyak mungkin terdengar biasa di telinga masyarakat. Namun, bagaimana dengan lukisan yang berbahan dasar bonggol jagung? Warga asal Kecataman Minggir, Sleman, Stefanus Indri Sujatmiko, berhasil mengubah bonggol jagung menjadi bahan baku pembuatan lukisan. “Saya mencoba eksperimen karena selama ini belum ada lukisan dari bonggol jagung,” ujar pria lulusan Jurusan Manajemen UPN Yogyakarta ini.
Ditemui di kediamannya di Dusun Minggir II RT 1/RW 3 Sendang Agung, Minggir, Sleman, Stefanus menceritakan awal mula ia menekuni bisnis kerajinan ini. “Desember 2015 saya baru lihat-lihat, kemudian saya mulai produknya itu kan Juli 2016 dan lapor ke Dinas, mulai Agustus itu saya sudah pameran,” tutur Stefanus. Pameran yang dijalani Stefanus ini, diakuinya sebagai sarana untuk mempromosikan hasil kerajinan miliknya selain melalui media sosial.
Bermodal bonggol jagung yang didapatkannya dari daerah sekitar, seperti Seyegan dan Kulon Progo, Stefanus terus mengembangkan kreativitasnya tak hanya di seni lukis. Ia juga mengubah bonggol jagung ke berbagai jenis dekorasi, seperti kap lampu, tempat tisu, tatakan gelas, lampion, miniatur Menara Eiffel hingga Candi Borobudur. Untuk bisa membuat sebuah kerajinan sederhana, pria kelahiran 1973 ini, mengaku tidak membutuhkan waktu yang lama. Sementara untuk kerajinan yang tingkat kesulitan lebih tinggi, seperti lukisan membutuhkan waktu 2-4 minggu tergantung detail gambarnya. Salah satu sebabnya karena tekstur bonggol yang keras dan tingkat kelenturannya kurang. “Jadi, kita harus betul-betul bermain dengan amplas contohnya untuk lukisan harus cari amplas yang tajam karena untuk mengecilkan sesuai polanya itu,” ungkap Stefanus.
Kerajinan hasil buatan Stefanus khususnya lukisan, diminati oleh pembeli tak hanya dari Indonesia saja. “Kebetulan saya kemarin dapat banyak permintaan lukisan itu ada dari Inggris, dari India, dari Arab Saudi. Itu kemarin minta dilukis wajahnya,” sebut Stefanus. Lukisan hasil karyanya ia jual dengan harga yang bervariasi mulai dari 2 juta rupiah. Kini, Stefanus memiliki 5-6 karyawan dari warga sekitar. Rencananya, Stefanus akan terus mengembangkan usahanya dengan bantuan warga kampungnya. Selain untuk menjadikan masyarakat sekitar lebih kreatif, Stefanus juga bercita-cita ingin mendukung terwujudnya desa wisata di daerahnya.