Badan Penanggulanagan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman membunyikan sirine Early Warning System di 20 titik lokasi berbeda. Menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Sleman Heru Saptono, kegiatan yang dilakukan serentak pukul 10.00 WIB tersebut sebagai peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKBN) yang biasa diperingati setiap tanggal 26 April.

“Selain EWS, sirine juga dibunyikan melalui siaran Radio Republik Indonesia sebagai tanda simulasi atau gladi secara serentak di Seluruh wilayah Indonesia sesuai dengan ancaman bencana masing-masing daerah”, jelas Heru dalam acara gladi lapang Desa Tangguh Bencana (Destana) di Lapangan Mrisen, Sardonoharjo, Ngaglik, Kamis (26/4).

Pembentukan Destana sendiri menurut Heru adalah bertujuan untuk melindungi masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bahaya dari dampak-dampak merugikan bencana. Selain itu juga untuk meningkatkan peran serta masyarakat khusunya kelompok rentan dalam pengelolaan sumber daya dalam mengurangi resiko bencana. Kondisi Destana di Kabupaten Sleman hingga saat ini terdapat 32 Destana. “Target kami 2017 ini bisa membentuk 36 Destana, dan pada tahun 2021 nanti seluruh desa se Kabupaten Sleman yang jumlahnya 86 bisa menjadi Desa Tangguh Bencana”, tambah Heru.

Sementara itu Bupati Sleman Sri Purnomo dalam sambutannya yang dibacakan oleh Kepala BPBD Sleman Joko Supriyanto menyampaikan bahwa peringatan HKBN merupakan hari lahirnya Undang-Undang Penanggulangan Bencana No.24 tahun 2007. Undang-Undang yang lahir 10 tahun yang lalu tersebut menurutnya sangat penting karena mengubah cara pandang dalam menyikapi bencana yang semula responsive menuju preventif yaitu pengelolaan resiko bencana.

“Gladi lapang ini menjadi momen strategis bagi masyarakat Sleman khususnya masyarakat di Desa Sardonoharjo Kec. Ngaglik untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan masyarakat terkait bencana erupsi Gunung Merapi”, kata Sri Purnomo.