Kondisi Kabupaten Sleman yang rawan bencana membutuhkan masyarakat yang tangguh dan siap menghadapi bencana karena dapat terjadi kapan saja. Masyarakat yang  tangguh bencana ialah masyarakat yang mampu mengantisipasi dan meminimalisir kekuatan yang merusak melalui proses adaptasi. Mereka juga mampu mengelola dan menjaga struktur dan fungsi dasar tertentu ketika terjadi bencana, dan jika terkena dampak bencana mereka dapat membangun kehidupannya menjadi normal kembali atau paling tidak dengan cepat memulihkan diri secara mandiri. Hal tersebut disampaikan Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun dalam acara Gladi Lapang dan Pengukuhan Desa Tangguh Bencana (Destana) Desa Pondokrejo di Lapangan Pondokrejo, Tempel, Sleman Jumat (24/3).

Menurut Muslimatun pembinaan dan pembentukan Desa Tangguh Bencana (Destana) mutlak diperlukan di wilayah Kabupaten Sleman karena masyarakat merupakan penerima dampak langsung dari bencana dan sekaligus sebagai pelaku pertama dan langsung yang akan merespon bencana di sekitarnya. ”Masyarakat perlu dibekali dalam konteks pemberdayaan agar tidak hanya siap menghadapi bencana tapi juga tangguh menanggulanginya”, kata Muslimatun.

Lebih lanjut Muslimatun menyampaikan bahwa berdasarkan Peraturan Kepala BNPB nomor 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Desa/ Kelurahan Tangguh Bencana  salah satu tujuan pembentukan Desa Tangguh bencana adalah meningkatkan kerjasama antara para pemangku kepentingan dalam Pengurangan Resiko Bencana, pihak pemerintah daerah, sektor swasta, perguruan tinggi, LSM, organisasi masyarakat dan kelompok-kelompok lainnya yang peduli. ”Pengukuhan desa tangguh bencana ini sangat strategis bagi kita khususnya masyarakat di daerah rawan bencana untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan masyarakat”, tambah Muslimatun.

Sementara itu Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten Sleman Joko Supriyanto dalam acara tersebut mengatakan bahwa Sleman terus berupaya mendukung pembentukan Desa Tangguh Bencana. Sejak tahun 2014 sudah dikukuhkan 27 desa tangguh bencana dan sepanjang tahun 2017 sudah dikukuhkan 3 desa tangguh bencana yaitu Desa Widodomartani dan Desa Bimomartani Kecamatan Ngemplak serta Desa Pondokrejo Kecamatan Tempel. Selain mengembangkan desa tangguh bencana, saya berharap agar berbagai pemangku kepentingan turut serta menguatkan kapasitas lokal karena penanggulangan bencana harus dilakukan sinergis antara masyarakat, pemerintah dan swasta. BPBD Sleman Senin (27/3) juga akan melakukan pengukuhan Destana Desa Margorejo, Tempel.