Pelaku klithih dan anak nakal kebanyakan berasal dari keluarga yang bermasalah, tidak harmonis atau broken home. Padahal keluarga adalah simpul terpenting dalam pertumbuhan seorang anak. Selain penguatan keluarga, unsur terpenting dalam pembangunan pemuda adalah pemerintah dan masyarakat. “Pertama, strategi pembangunan Jogja termasuk Sleman, harus berbasis lokal berpihak pada kepentingan warga sekaligus merangkul potensi terbaik lokal. Jangan yang hanya menguntungkan segelintir warga, karena akan menghasilkan efek negatif dari mereka yang termajinalkan oleh pembangunan. Yang kedua, harus memperkuat basis sosial masyarakat, seperti ormas dan sekolah. Mereka menjadi benteng pertahanan efektif dari negatif sekaligus dapat menara untuk mampu melihat hal positif. Yang ketiga ya keluarga,” terang Muhammad Najib Azca, Ph.D selaku Direktur Youth Studies Centre UGM di Gedung Unit I Pemkab Sleman, Kamis (16/3) dalam FGD “Peran Generasi Muda dan Masyarakat dalam Mewujudkan Situasi yang Kondusif”.

Di hadapan peserta FGD yang terdiri dari perwakilan Karang Taruna se-Sleman, KNPI, Paguyuban Cakra, Seksi Ekonomi Pembangunan Kecamatan se-Sleman, FKPPI, Polres, Kodim, dan Dharma Wanita, Najib menekankan bahwa apabila mampu dikelola dengan positif, pemuda dapat menjadi tonik atau vitamin dalam pembangunan. Mereka dapat menjadi sumber kekuatan pembaharuan dan pembawa solusi, pionir, dan inovator.

Dengan populasi 244,2 juta jiwa alias nomor 4 terbesar di dunia, sumber daya manusia Indonesia menjadi suatu kekuatan besar untuk membanguan. Dari populasi tersebut, hampir 30% adalah mereka yang berada di kisaran usia 10-24 tahun atau usia pemuda.

Potensi yang besar tersebut bisa menjadi kekuatan besar untuk membangun, atau sebaliknya, bisa pula menjadi kekuatan dengan daya rusak yang demikian besar. Apabila salah kelola, maka pemuda juga bisa menjadi sumber penyakit dan polusi sosial seperti kriminalitas, prostitusi, tawuran, HIV-AIDS, narkoba, dan radikalisme. Selain itu masih ada lagi pelanggaran norma sosial dan moral di masyarakat.

Di Jogja, kasus yang saat ini menonjol adalah klithih, atau penganiayaan yang dilakukan anak-anak remaja di jalanan. Menurut Najib kasus klithih ini terasa mengkhawatirkan karena berpotensi mengubah wajah Jogja yang selama ini dikenal sebagai kota pelajar, berbudaya, dan ramah sehingga saat ini muncul wacana untuk menerbitkan Perda tentang ketertiban sosial atau mengatur tentang kepemudaan.