Kabupaten Sleman adalah wilayah yang dianugrahi dengan berbagai potensi yang dimiliki. Namun dibalik itu semua Kabupaten Sleman juga memiliki potensi bencana baik secara alam dan non alam jika dilihat dari komposisi geografis, hidrologis, demografis dan biologis di Kabupaten Sleman.  Melihat bencana erupsi gunung merapi dan banjir lahar dingin pada tahun 2010 lalu, yang terus mengancam hingga saat ini.  Berdasarkan kejadian bencana tersebut Wakil Bupati Sleman Dra. Hj. Sri Muslimatun, M.Kes menyampaikan dalam acara Gladi Lapang dan Pengukuhan Sekolah Siaga Bencana (SSB) SD Selomulyo Ngaglik, Sleman pada Jumat (3/3) bahwa seluruh elemen masyarakat di kabupaten sleman harus bisa memahami dan menjadi tangguh dalam mitigasi dan penanganan bencana.

Lebih lanjut Sri Muslimatun mengharapkan agar terbentuknya tim Siaga bencana SD Selomulyo Ngaglik, Sleman ini tidak hanya menjadi agen penanggulangan bencana di lingkungan sekolah saja, tetapi juga di lingkungan masyarakat. Dalam setiap mitigasi bencana dibutuhkan partisipasi dari semua pihak, bukan hanya dari relawan tetapi juga dari seluruh komponen masyarakat termasuk diantaranya pelajar. Pelajar harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menghadapi bencana dengan harapan kesiap siagaan tersebut dapat bermanfaat dan dapat mengantisipasi jatuhnya korban jiwa. Wakil Bupati juga menambahkan paradigma penanggulangan bencana tidak lagi dititik beratkan pada penanganan kedaruratan tetapi juga kepada upaya pengurangan resiko, untuk menuntut kesiapsiagaan masyarakat termasuk pihak sekolah.

Gladi lapang pembentukan SSB SD Selomulyo Ngaglik, Sleman diskenariokan ketika terjadi erupsi gunung merapi. SD Selomulyo Ngaglik, sleman memiliki lokasi yang strategis dan lebih aman dari kondisi bencana erupsi merapi daripada sekolah lain disekitarnya. Sehingga SD Selomulyo Ngaglik, Sleman menjadi sekolah penyangga bagi tiga sekolah lainnya yaitu SDN kaliurang 1, SDN Kaliurang 2, dan SDN Banten sebagai titik evakuasi. Koordinasi dilakukan antar lintas sektor. Kepala Sekolah SD Selomulyo Ngaglik, Sleman mengumpulkan Tim Siaga sekolah untuk mengecek kesiapan masing-masing dan mengevakuasi 179 siswa ke titik kumpul aman. Siswa dari SDN 1 Kaliurang, SDN 2 Kaliurang dan SDN Banten terlihat ikut berkumpul di titik evakuasi. Dalam gladi tersebut pihak SD Selomulyo, SDN 1 kaliurang, SDN 2 Kaliurang dan SDN Banten mendapatkan 7 siswa nya yang menjadi korban, 1 mengalami patah tulang, 2 luka terbuka, 1 sesak nafas, 1 keseleo, dan 1 shock panik.  Setelah mendapatkan pertolongan pertama dari Tim SSB,  Korban luka dan patah tulang akhirnya dibawa oleh mobil ambulance untuk diberikan tindakan lebih lanjut dalam skenario gladi lapang tersebut.

Pada pembukaan pengukuhan tim SSB SD Selomulyo Ngaglik, Sleman, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sleman Drs. Joko Supriyanto M.Si., menyampaikan bahwa pada tahun 2016 telah terbentuk 38 Sekolah Siaga Bencana, dan pada tahun ini akan dikukuhkan 8 sekolah siaga bencana, sehingga akan terbentuk 46 SSB di akhir tahun 2017. BPBD Kabupaten Sleman berusaha mengimplementasikan dengan berbagai elemen baik pemerintah maupun masyarakat agar terwujud masyarakat Sleman yang tanggap, tangkas dan tangguh dalam menghadapi bencana