Lomba mendongeng berbahasa jawa tingkat anak dan Guru yang berlangsung di Museum Gunung Merapi Pakem Sabtu (29/10) dibuka oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sleman Dra. A.A. Ayu Laksmidewi. Lomba mendongeng tingkat anak diikuti oleh 32 peserta dan tingkat guru diikuti oleh 22 orang.

Dalam sambutan tertulisnya bupati sleman yang dibacakan Kepala Dinas Budpar antara lain menyampaikan bahwa bahasaa jawa sampai saat ini  masih digunakan secara lisan dan tulis. Namun hal tersebut tidak berarti  bahasa jawa jauh  dari ancaman kepunahan, Saat ini bahasa jawa dicitrakan saebagai bahasa pinggiran dan secara nilai ekonomi bahasa jawa dianggap tidak menjual.Masalah lainnya bahasa jawa dianggap sulit menjelaskan masalah masalah modern, karena kekurangannya itu, tanpa upaya pelestarian  yang terencana, bahasa jawa tentu akan ditinggalkan  penuturnya.
Lebih lanjut disampaikan bahwa  menjadi tugas kita semua agar bahasa jawa tidak menempati posisi pinggiran dan tidak hanya digunakan orang tua. Termasuk juga tugas kita  agar adanya tulisan jawa yang terpampang untuk nama jalan tidak hanya bisa dibaca oleh orang tua. Berbahasa jawa itu tidak sekedar bersuara dan mendengarkan  tetapi juga dapat belajar dari nilai yang terkandung dalam kata atau bahasa jawa. Dengan demikian belajar bahasa jawa  sekaligus juga belajar tentang nilai-nilai lihur budaya lokal.
Pada kesempatan tersebut Kepala Dinas Budpar Sleman berpesan kepada para guru agar model pembelajaran bahasa jawa harus kreatif dan tidak membosankan, misalnya dengan meminimalkan bentuk ceramah dan mengedepankan keterlibatan murid sebanyak dan seaktif mungkin. Apapun bentuk modelnya, model itu haarus dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.
Disampaikan pula bahwa lomba tersebut bukan semata ajang untuk meraih juara , akan tetapi lomba tersebut sebagai ajang  pembelajaran terutama dalam hal  olah pikir, olah hati dan olah rasa serta pengembangan  sikap daan kepribadian yang terkandung dalam bahasa sebagai bagian budaya jawa.
Sedangkan Kepala Bidang PBNT Dinas Budpar Drs. Siswanto melaporkan bahwa  maksud dan tujuan lomba tersebut  untuk meningkatkan aktivitas dan kreativitas masyarakat dalam kesusastraan dan seni suara khususnya mendongeng berbahasaa jawa kepada anak dan guru, juga menunjukkan pada masyarakat bahwa Indonesia kaya akan budaya dan bahwa mendongeng merupakan  saalah satu cara  untuk menjalin kedekatan antara anak dan orang tua, serta untuk menggali nilai-nilai yang terkandung dalam serat-serat, kitab-kitab, dan naskah-naskah  kuno, upacara adat dan tradisi sebagai modal untuk memperkuat karakter dan jati diri bangsa Indonesia.
Lebih lanjut dilaporkan bahwa peserta lomba dongeng untuk anak diikuti 32 peserta pendidikan SD/MI dan untuk peserta guru sebanyak 22 orang dari guru PAUD/TK/SD dan MI. Bertindk sebagai Juri Tutik Raenggani, SE,MM dari RRI Yogyakarta, Prof. Suwardi Endraswara dari FBS UNY Yogyakarta dan  dari Dikpora Sleman.

Lomba ini memperebutkan total hadiah sebesar Rp.10 juta.