Okt
26
Pemkab Sleman Gelar Lomba Batik Pewarna Alami
Seiring kemajuan jaman keberadaan batik semakin berkembang. Tidak hanya inovasi dari sisi penggunaan, namun juga inovasi dari sisi bahan baku pembuatan. Hal ini pula yang tengah diupayakan Pemerintah Kabupaten Sleman melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi dengan menggelar Lomba Batik Pewarna Alami 2016 di Pendopo Rumah Dinas Bupati pada Selasa (25/10).
Menurut Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kabupaten Sleman Drs. Pustopo menyampaikan bahwa tujuan digelarnya lomba yang diikuti oleh 68 peserta tersebut adalah untuk mensosialisasikan batik pewarna alami. “Dalam rangkaian lomba tersebut kami melakukan pameran batik pewarna alami dan seminar ‘Batik Sleman untuk Indonesia’ serta Gelar Batik Warna Alami menampilkan fashion show dan penganugerahan hasil lomba batik pewarna alami”, jelas Pustopo.
Menurut Pustopo kelemahan batik pewarna alami mahal karena pewarnanya belum banyak tersedia dan cara memprosesnya sulit. Mengantisipasi hal tersebut Pemkab Sleman bekerja sama dengan Universitas Gajah Mada (UGM) sedang berupaya memproduksi pewarna alami secara pabrikan berbentuk bubuk dalam kemasan untuk menekan harga. Keseriusan tersebut dibuktikan Pemkab Sleman dengan pembudidayaan pewarna alami Indigofera di Kecamanatan Minggir, Sleman. Rencananya pengembangan budidaya pewarna alami seperti seperti Jalawe dan Kayu Tinggi juga akan dilakukan pada bulan Desember di Kecamatan Pakem.
“Dari sisi bahan baku pewarna juga harus ada standar, proses produksi seperti lama perebusan juga harus ada standar, sehingga SOP tentang pengelolaan pewarna alami terus kami upayakan melalui penelitian. Harapannya dengan SOP yang dibuat melalui penelitian tersebut kita berhak memberikan labeling, karena dengan label tersebut menunjukkan jaminan mutu dan kualitas produk”, jelas Pustopo.
Pustopo menambahkan bahwa sosialisasi pengembangan pewarna alami melalui lomba tersebut juga sebagai wujud kepedulian Pemkab Sleman dalam menjaga kelestarian lingkungan. Pasalnya wilayah Kabupaten Sleman berada di daerah hulu sebagai resapan yang mensuplai air ke wilayah kota dan Kabupaten Bantul. Pustopo berharap dengan pengembangan pewarna alami tersebut para perajin batik khususnya di wilayah Sleman bisa beralih ke pewarna alami sehingga pencemaran lingkungan dari pewarna sintetis bisa berkurang.
Seperti halnya batik dari berbagai daerah lainnya di Indonesia yang memiliki kharakteristik tersendiri, batik khas Sleman juga memiliki karakteristik yang dapat dilihat dari motif desainnya, yang terinspirasi dari keberagaman flora, fauna dan kondisi geografis di Kabupaten Sleman. Terdapat 8 motif batik khas Sleman yang telah didaftarkan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) pada Kementerian Hukum dan HAM, yakni motif Batik Sinom Parijotho, motif Batik Salak pondoh, motif Batik Belut dan Salak, motif Batik Gajah Kombinasi Parang Rusak Baron, motif Batik Salak, motif Batik Salakan, motif Batik Sinom Parijotho Salak, motif batik salak pondoh.
Sementara itu Bupati Sleman Sri Purnomo menyampaikan bahwa disamping inovasi dalam pewarnaan, Pemerintah Kabupaten Sleman juga berkomitmen untuk menjaga originalitas ke-8 motif batik khas Sleman tersebut, sehingga para pengerajin binaan tidak memproduksi kain motif batik atau printing. Menurutnya hal tersebut merupakan wujud upaya Pemerintah agar masyarakat Sleman menjadi padat karya bukan padat modal sehingga dapat menjadi penyerap tenaga kerja sehingga mengurangi penggangguran.
Sentra batik khas Sleman sendiri saat ini berada di beberapa tempat seperti di Plalangan, Pandowoharjo; Mantaran, Trimulyo; jatimas Gamping; Trihanggo, Gamping; Margokaton, Seyegan; Berbah, serta Prambanan. Sentra – sentra batik ini merupakan hasil binaan Dinas Perindagkop dari awal hingga menjadi sentra batik. Untuk itu jika para penggemar batik ingin memiliki batik khas Sleman yang terjamin kualitasnya dapat berkunjung langsung ke sentra-sentra batik khas Sleman tersebut, atau showroom Dinas Perindustian, Perdagangan dan Koperasi Kab. Sleman.