Peringatan Hari Air Sedunia tahun ini mengangkat tema “Water and Jobs” atau “Air dan Pekerjaan”. Hubungan antara air dan pekerjaan diangkat menjadi tema tahun ini karena air memiliki peran penting dalam pekerjaan. Data juga menunjukkan bahwa setengah dari jumlah kaum pekerja di dunia bekerja di bidang yang berhubungan dengan air dan hampir seluruh pekerjaan bergantung pada air.
Fakta tersebut memperlihatkan bahwa air dapat mengubah kondisi ekonomi serta keadaan suatu masyarakat. Kondisi air, baik kualitas maupun kuantitas dapat mempengaruhi kehidupan dan mata pencaharian masyarakat. Hal tersebut disampaikan Bupati Sleman Drs. Sri Purnomo saat membuka sarasehan Hari Air di pendopo Rumah Dinas Selasa (29/3).
Lebih lanjut disampaikan bahwa berbagai peraturan berkaitan dengan air sudah dibuat. Diharapkan peraturan tersebut dapat ditegakkan dan menjadi acuan pengelolaan air di Sleman. Pada kesempatan tersebut bupati  menghimbau agar segala bentuk pekerjaan dan industri di Kabupaten Sleman yang berhubungan dengan air dapat memanfaatkan air secara bijak dan sesuai dengan peraturan yang ada. Penggunaan air bersih harus dikelola dengan baik dan melakukan upaya untuk meminimalisir pencemaran air oleh limbah industri atau limbah dari aktivitas pekerjaan.
Pemkab Sleman juga senantiasa mengupayakan pengelolaan sumber daya air sesuai dengan tiga pilar utama yang diamanatkan oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yaitu yang pertama adalah konservasi sumber daya air, yang kedua adalah pendayagunaan sumber daya air dan ketiga yaitu pengendalian daya rusak air.
Konservasi sumber daya air di Sleman telah dan terus dilakukan diantaranya dengan pembangunan embung sebagai tangkapan air, penanaman pohon pada lahan kritis dan pada bantaran sungai. Sedang pendayagunaan sumber daya air dilakukan dengan memanfaatkan embung untuk pertanian, perikanan dan pariwisata serta pengembangan air minum pedesaan. Sedangkan untuk pengendalian daya rusak air dilakukan dengan perbaikan tanggul-tanggul sungai yang sempat mengalami kerusakan saat  terjadi erupsi dan banjir.
Pada hari Sabtu 12 Maret 2016 terjadi banjir di beberapa titik di wilayah Sleman yang diakibatkan tingginya curah hujan yang terjadi. Kejadian ini  menyebabkan kerusakan  infrastruktur irigasi sehingga berdampak pada 26 daerah irigasi dan menyebabkan terganggunya pasokan irigasi lahan pertanian seluas 1064,8 hektar. Hal ini menjadi pelajaran kita bersama untuk dapat meningkatkan pengelolaan air agar lebih baik lagi.
Bupati mengajak semua pihak untuk meningkatkan tangkapan air hujan agar tidak langsung melimpah ke sungai dan menyebabkan banjir. Berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk memasukkan air ke tanah diantaranya dengan memperbanyak penanaman pohon, membangun peresapan dan membuat biopori. Dan tak kalah pentingnya saya juga mengajak semua pihak untuk menjaga kebersihan sungai dari sampah untuk mencegah terjadinya banjir yang disebabkan tersumbatnya sungai.
Sementara itu Kepala Dinas SDAEM Ir. Sapto Winarno, MT melaporkan bahwa  peserta dalam sarasehan tersebut adalah para pengampu, pengelola, ataupun juru kunci mata air se-Kabupaten Sleman. Lebih lanjut dilaporkan bahwa  tema sarasehan tingkat kabupaten sleman “ Banyu Kanggo Kautaman lan Karaharjan” Sedangkan sampai tahun 2016 keberadaan mata air yang sudah teridentifikasi oleh Dinas SDAEM Kabupaten Sleman sebanyak 218 mata air yang tersebar di 17 kecamatan. Dari sekian banyak mata air  yang ada sudah 32 mata air yang ditangani/diturap oleh Dinas SDAEM Kabupaten Sleman. Selain penurapan juga telah dilakukan paembinaan terhadap pengelola mata air yang sampai dengan tahun 2016 sudah dibentuk 10 OPPMA (Organisasi Petani Pengelola Mata Air)
Pada kesempatan tersebut juga diserahkan sertifikat/piagam penghargaan  saecara simbolis kepada juru kunci mata air Umbul Wadon (Bapak Pujo), juru kunci mata air Sibedug (Bapak Jumari) dan juru kunci mata air Jongke Lor (Bapak Soediharjo) oleh Bupati Sleman