Komitmen Pemkab Sleman untuk mengembangkan bambu untuk kesejahteraan masyarakat, ditindaklanjuti dengan meningkatkan produksi bambu baik dari sisi budidaya hingga produk olahan bambu. Potensi bambu di Kabupaten Sleman masih terbuka lebar. Dilihat dari segi ekonomis, bambu merupakan tanaman  yang mudah ditanam, murah dan mudah didapat serta dapat diolah menjadi berbagai olahan kerajinan yang bernilai ekonomis tinggi. Terlebih saat ini hasil hutan berupa kayu semakin berkurang dan berharga mahal.Dari sisi ekologi, bambu juga berperan penting dalam konservasi air dan konservasi lahan di koridor sempadan sungai sebagai kawasanperlindungan. Hal tersebut disampaikan bupati Sleman Drs. Sri Purnomo saat pengukuhan Asosiasi Sentra Bambu Sembada di UGM Kamis 6 Nopember 2014. Lebih lanjut disampaikasn bahwa melihat potensi bambu yang begitu menguntungkan, Pemerintah Kabupaten Sleman berkomitmen untuk menjadikan Sleman sebagai sentra bambu dengan mengoptimalkan potensi bambu dari hulu ke hilir. Salah satu langkah yang diambil Pemkab Sleman untuk menjadikan bambu sebagai komoditas unggulan diantaranya dengan menetapkan bambu sebagai hasilhutan bukan kayu (HHBK) Unggulan di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Sleman No. 306/Kep.KDH/A/2013.

Sudah saatnya bambu di wilayah Sleman dikembangkan  sebagai budidaya dengan penanganan yang optimal, sehingga memiliki nilai tambah ekonomi produk yang tinggi, yang bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan para petani maupun pengrajin Populasi tanaman bambu di Sleman cukup besar, walaupun dalam areal yang terpecah pecah. Pada tahun 2013 telah dikembangkan tanaman bambu seluas 30 Ha, dan direncanakan akan ditambah 55 Ha pada tahun 2014 dengan dana dari APBN dan APBD Kabupaten Sleman. Disisi lain Di Sleman terdapat 1.759 unit usaha pengelola bambu yang selama ini dalam proses produksinya harus mengambil bahan baku dari keluar wilayah Sleman. Berbagai permasalah yang diurai dari kondisi tersebut.

Kedepan para petani bambu, pengrajin bambu, ahli perbambuan, pemerhati bambu dan pemerintah harus bersinergi dan berkolaborasi   mengembangkan bambu untuk kesejahteraan masyarakat Sleman. Diharapkan tidak terjadi lagi, para pengrajin bambu hanya berpikir keuntungan usahanya semata, tetapi juga mampu berkontribusi dalam peningkatan kesejahteraan petani bambu. Keberadaan Asosiasi bambu Sleman Sembada diha-rapkan mampu mendorong terwujudnya hal tersebut. Asosiasi bambu Sleman Sembada ini diharapkan menjadi mitra pemerintah dalam mewujudkan komitmen mengembangkan bambu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sleman. Pada kesempatan ini, bupati mengajak seluruh anggota assosiasi ini untuk bersama-sama Pemkab Sleman mewujudkan Kabupaten Sleman sebagai sentra bambu dan produk kerajinan bambu berkualitas. Tidak lupa pula saya mengucapkan selamat atas terbentuknya Asosiasi Bambu Sleman Sembada.

Susunan kepengurusaan Asosiasi Sentra Bambu Sembada Sleman tersebut antara lain Eko Wuryanto sebagai Ketua, Suryadi sebagai Wakil ketua, Muryadi Sekretaris dan Sukirman sebagai bendahara dan dilengkapi beberapa seksi/devisi.Pengukuhan dilakukan oleh bupati sleman dan dilanjutkan penyerahan SK pengukuhan yang diterima ketua asosiasi. Dalam pengukuhan tersebut dilanjutkan dengan seminarNasional Hasil Hutan Non Kayu yang diikuti antara lain SKPD, LSM, Akedemisi/mahasiswa, pengusaha , pemerhati bambu dll dengan peserta sejumlah 300 orang. Pada kesempatan tersebut juga diluncurkan mesin mengawet bambu yang hanya membutuhkan waktu 7 menit untuk proses penguatan bambu, juga diserahkan bantuan 5 alat pengawet bambu kepada Asosiasi Sentra Bambu Sembada oleh Dirjen BPDASPS Kemenhut RI.

Sementara itu Dirjen Bina pengelolaan daerah aliran sunagai dan perhutanan sosial kementerian Kehutanan RI  Dr. Ir. Hilman Nugroho, MP dalam sambutannya antara lain menyampaikan bahwa dalam budidaya tanaman bambu yang perlu diperhatikan antara lain harus memperhatikan mutu bibit yang baik/berkualitas, disamping itu produk yaanga akan dibuat dan yang lebih penting adalaah pemasaraan prosuk tersebut.***