Okt
17
Simulasi Bencana dan Lomba Kenthongan di Cangkringan
Bencana erupsi merapi memang telah berlalu beberapa tahun, namun dampak dari erupsi merapi tersebut sampai saat ini masih terasa, terutama masyarakat yang berdampak langsung. akibat erupsi tersebut banyak makna yang bisa diambil, mulai dari mereka yang merasa diuntungkan sampai mereka yang merasa dirugikan, kalau disuruh memilih, jelas mereka tidak menginginkan erupsi itu terjadi. Banyak plus minusnya akibat erupsi merapi tersebut, bahkan ada rumor dengan erupsi justru kehidupan mereka lebih baik, namun sebaliknya ada yang lebih menderita dibanding sebelum erupsi terjadi.
Untuk mengenang dan mengingat peristiwa empat tahun yang lalu, Salat Merapi ( Safari Layar Tancap Merapi) melakukan simulasi menghadapi bencana di beberapa tempat, seperti yang dilakukan di lapangan Kridomulyo Cangkringan Kamis 16 Oktober 2014 dan lomba kenthongan pada malam harinya.
Lomba kenthongan tersebut dibuka oleh Wakil Bupati Sleman dengan pemukulan kenthongan. Lomba diikuti 7 peserta/dusun yang berada di bantaran Kali Gendol, yaitu Dusun Guling. Dusun Bronggang, Dusun Jetis ( 2 regu) , Dusun Karanglo, Dusun Jaranan, Dusun Brongkol. Dalam lomba tersebut juga ditanyakan tentang tata cara membunyikan kenthongan tentang beberapa kejadian , karena setiap bunyi kenthongan mempunyai makna tersendiri. Setelah semua peserta menampilkan kebolehannya dan menjawab pertanyaan dari dewan juri maka tim juri memutuskan sebagai juara III Dusun Jetis A, juara II Dusun Jetis B dan juara I Dusun Jaranan. Para juara mendapkan hadiah berupa Uang pembinaan yang disampaikan oleh Plt. Camat Cangkringan, Kepala Desa Argomulyo dan ketua PKK desa Argomulyo.
Yuni Satia Rahayu, SS.M.Hum menyampaikan bahwa simulasi yang telah dilakukan pada siang harinya sebagai gambaran dan persiapan apabila bencana serupa empat tahun yang lalu terjadi, meskipun semua tidak menginginkan hal tersebut. Lebih lanjut disampaikan bahwa dengan lomba kenthongan agar masyarakat selalu nguri-uri budaya Jawa , karena dengan kenthongan masyarakat dapat menyampaikan pesan informasi kepada orang lain hanya dengan kode suara kenthongan tertentu, misalnya bila terjadi bencana maupun kematian, sebelum ada alat komunikasi yang canggih seperti pengeras suara masyarakat dulu menggunakan suara kenthongan tertentu.
Sedangkan baik Plt. Camat Cangkringan maupun Kepala Desa Argomulyo dalam sambutannya antara lain menyampaikan memberi apresiasi dan dukungan kepada Salat Merapi dengan adanya acara lomba tersebut. Dengan lomba kenthongan mengingatkan akan fungsi kenthongan tersebut karena bisa dijadikan alat komunikasi yang efektif dan mudah dipahami oleh masyarakat. Lebih lanjut disampaikan bahwa kedepan desa Argomulyo akan mengadalan lomba serupa, tentu dengan kriteria dan persyaratan yang lebih baik dengan memperebutkan hadiah yang lebih besar pula. Meskipun dalam lomba saat ini untuk hadiah pertama baru empat ratus ribu rupiah dan semuanya mendapatkan hadiah dari Desa Argomulyo.