Dalam rangka mendukung pengembangan ekonomi daerah di wilayah kerja DIY, kantor perwakilan Bank Indonesia DIY telah berperan aktif dalam mengembangkan program pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) melalui pengembangan komoditi/produk/jasa usaha (KPJU)yang memiliki prospek untuk berkembang dan sesuai dengan potensi sumberdaya alam/ lingkungan dan ketrampilan masyarakat diwilayah tersebut. Bertempat di Kantor BI perwakilan DIY dilakukan penandatanganan kesepakatan antara BI dan Pemkab Sleman. Dalam sambutannya, direktur BI kantor perwakilan DIY Arief Budi Santoso menyampaikan bahwa, bentuk kegiatan yang dilakukan oleh BI, meliputi bantuan teknis, penguatan kelembagaan, dan bantuan fisik, bank Indonesia bersama-sama dengan stakeholders di daerah menjalin sinergi dalam upaya meningkatkan produks, kapasitas usaha, nilai tambah ekonomi masyarakat serta meningkatkan profesionalitas kelompok masyarakat dalam menjalankan usahanya . Hal tersebut sesuai dengan diberlakukannya UU no.23/1999, bahwasanya peranan BI dalam pengembangan UMKM menjadi tidak langsung. Kebijakan BI diarahkan kepada 2 sisi, yaitu: kebijakan supply side (pengembangan kebijakan yang difokuskan pada berbagai kebijakan dan program untuk membantu Bank dalam menyalurkan kredit kepada UMKM) dan kebijakan demand side(kebijakan yang diarahkan untuk mendorong UMKM agar mampu meningkatkan elektabilitas dan kapabilitasnya sehingga mampu memenuhi persyaratan dari bank (bankable).
Sebagai implementasinya, kegiatan dilakukan melalui pendekatan klaster yang bersifat terintegrasi, meningkatkan daya tawar dan efisiensi biaya serta berdampak pada pengembangan ekonomi wilayah, pengembangan komoditas unggulan, yang didukung program sosial BI.
Untuk menjaga keberlanjutan kerja sama pengembangan UMKM dengan Pemda, khususnya pemkab Sleman, dan BI juga akan melakukan pembinaa terhadap UMKM, yang dalam tahun ini, komoditas yang dipilih menjadi mitra binaan adalah komoditas sapi perah kelompok Sedyo Mulyo yang berada di Boyong, Pakem, Sleman.
BI berharap agar kerja sama yang dibangun dengan Pemkab. Sleman dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi pelaku usaha UMKM dan kedepannya dapat berjalan dengan baik dan lancar, sehingga mampu menghasilkan karya yamh nyata, bermanfaat dan memberikan nilai tambah serta daya saing bagi pelaku UMKM khususnya komoditas sapi perah Sleman.
Bupati Sleman, Sri Purnomo yang hadir dalam penanda tanganan tersebut, menyampaikan bahwa, bantuan pengembangan klaster sapi perah ini merupakan salah satu upaya untuk melakukan penataan lokasi peternakan. Klastering in juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas produksi susu sapi di Kabupaten Sleman. Tahun 2013, di KabupatenSleman terdapat 751 kelompok tani ternak dan 511 kelompok ternak sapi. Jumlah populasi ternak sapi perah sebanyak 3.614ekor. Dengan produksi susu sebanyak 3.565,85 ton. Jumlah ini meningkat bila dibandingkan dengan produksi tahun 2013 yaitu 3.149,54 ton. Potensi produksi susu dari lereng Merapi tersebut memang menjadi salah satu unggulan dari kecamatan Pakem. Kedepannya, Bupati berharap masyarakat Sleman dapat membudidayakan ternak sapi dengan lebih optimal. Jika masyarakat dapat memulai budidaya ternak sapi ini sejak awal, mulai dari pembibitan maka peternak sapi perah di Sleman dapat semakin meningkat kesejahteraannya. Hal ini sangat mendesak dilakukan mengingat kenyataan di lapangan membuktikan bahwa sangat sulit untuk mencari bibit sapi perah yang berkualitas dan juga harga yang relatif tinggi. Bupati Sleman juga memberikan apresiasi kepada BI atas kegiatan ini, beliau berharap agar di kemudian hari kerjasama antara BI dan pemkab Sleman dapat lebih ditingkatkan.***