Berbah, 15 Maret 2014, bertempat di Desa Tegal Tirto, dusun Kadisobo dilakukan peresmian gardu siaga bencana oleh Bupati Sleman, Sri Purnomo. Gardu siaga bencana tersebut merupakan bantuan dari dinas sosial Pemerintah Daerah DIY. Dalam laporannya, Kades Tegaltirto, Susilo Nugroho menyampaikan bahwa pembangunan gardu siaga bencana ini memakan waktu 1 bulan yang dilakukan secara gotong royong masyarakat dusun Kadisobo, sedangkan untuk tanah disediakan oleh Pemerintah Desa Tegaltirto. Sebelum diresmikan, gardu siaga bencana ini telah dimanfaatkan oleh warga untuk kegiatan tumbuh kembang anak, kegiatan lansia dan juga untuk kegiatan sosialisasi antisipasi bencana.

Menurut kepala dinas sosial Pemerintah DIY, Untung Sukaryadi, bantuan gedung ini dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh warga masyarakat, Untung juga berharap agar gedung ini jangan sampai mangkrak, dan juga setiap hari ada yang piket di gardu sosial tersbut. Untung juga mengatakan bahwa nantinya kalau gardu sosial ini berhasil nantinya dinas sosial akan menambhakan dengan gardu logistik yang nantinya bantuan logistiknya akan disuplai dari dinas sosial DIY. Selain itu dengan adanya gardu logistik ini nantinya kegiatan pemberdayaan lansia di Desa tegaltirto ini dapat terus berjalan dengan lebih baik, karena desa tegaltirto ini merupakan desa percontohan untuk program pemberdayaan lansia. Untung juga berharap nantinya agar di desa tegaltirto ini dapat mewujudkan klinik lansia untuk mengantisipasi kejadian darurat, dan nantinya kalau hal ini bisa berjalan Dinas Sosial DIY akan membantu Ambulan untuk warga.

Dalam sambutannya Bupati Sleman, Sri Purnomo menayatakan bahwa sebagai masyarakat yang tinggal di wilayah Sleman kita harus menyadari bahwa kita hidup berdampingan dengan bencana, dari bencana gempa bumi, bencana gunung berapi, bencana angin puting beliung, tanah longsor dan lain-lain. Untuk menghadapi hal tersebut sesuai Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, seluruh pemangku kepentingan dan elemen masyarakat, harus tanggap terhadap ancaman bencana bukan hanya saat terjadi tanggap darurat bencana, tetapi juga pada pra bencana dan pasca bencana. Paradigma penanggulangan bencana, tidak lagi di titik beratkan pada penanganan kedaruratan, namun lebih pada upaya pengurangan resiko bencana, menuntut adanya kesiapsiagaan masyarakat. Mitigasi bencana harus menjadi bagian dari budaya dan local wisdom masyarakat Sleman. Oleh karena itu, pemanfaatan gardu siaga bencana ini harus dioptimalkan bukan hanya pada masa terjadinya bencana namun juga digunakan sebagai skretariat pusat layanan bagi para petugas sosial dan bencana alam diantaranya seperti Taruna Siaga Bencana, aparat keamanan, aktivis lingkungan, Pramuka dan masyarakat umum.

Setelah melakukan peresmian gardu siaga bencana, Sri Purnomo kemudian membuka pelatihan mitigasi bencana bagi komunitas “Jogja Rescue” dan dilanjutkan dengan penyebaran bibit ikan nila merah dan hitam sejumlah 2 kwintal di embung Candirejo Tegaltirto yang luasnya 6000 M2.