Maraknya pemberitaan diterkamnya kambing milik Margoto warga Kepuharjo Cangkringan mengundang perhatian berbagai pihak, termasuk Kepala BPBD Kabupaten Sleman Drs.Julisetiono Dwi Wasita, MM, BKSDA DIY, juga Balai TN Gunung Merapi, Kapolsek Cangkringan Surahman, juga Camat Baambang Nurwiyono  dan Kepala Desa Kepuharjo Heri Suprapto. Kepedulian dan keprihatinan tersebut diwujudkan dengan rapat koordinasi di Posko Pakem dengan prakarsa BPBD Kabupaataen Sleman. Pada kesempatan tersebut Julisetiono antara laain menyampaikan bahwa antisipasi agar tidak lagi terjaga kambing yang diterkam binatang buas, maka peran dan kerjasama berbagai pihak sangat diperlukan. Misalnya keterlibatan polsek Cangkringan, BKSDA dIY, Balai TN Gunung Merapi dan yang terpenting adaalah masyarakat. Tanpa peran berbagai pihak maka situasi yang kondusif , aman dan tentram tidak akan terwujut.

Hadir pada kesempatan tersebut antara lain dari BPBD, BKSDA, TNGM, Kapolsek, Camat dan Kepala Desa Kepuharjo. Sedangkan Asep Nia Kurnia dari BKSDA pada kesempataan tersebut menyampaikan, menanggapi maraknya perberitaan di media masa terkait dengan binatang buas di Cangkringan, bahwa dari hasil survey tahun 2012 sebaran macan tutul terdeteksi (melalui jejak daan kotoran) di Bukit Plawangan Turgo, Blok hutan Sri Manganti Cangkringan, blok hutan Desa Ngargomulyo Magelang dan Gunung bibi (masuk Boyolali), walaupun jumlah populasinya belum bisa dipastikan.  Sementara terkait dengan kejadian 4 ekor kambing yang diduga dimakan oleh macan dapat disampaikan beberapa hal, antara lain kalau dilihat dan bekas cakaran yang ada pada tubuh kambing daapat diduga dilakukan oleh sejenis kucing termasuk macan tutul. Dari jejak kaki dengan ukuran kurang dari 7 cm, sudah masuk pada ukuran jejak kaki macan tutul atau anjing  hutan. Sedang adanya informasi dari masyarakat yang pernah melihat hewan kerukuran panjang lebih l meter dengan warna kuning tutul/ loreng, diduga itu macan tutul. Lebih lanjut disampaikan Asep Nia Kurnia, bahwa melihat bekas luka pada kambing, luka bekas gigitan dan sayatan dominan pada daerah perut dan itu diluar kebiasaan Macan yang biasanya menyerang leher belakang.  Terkait hal tersebut dapat diduga binatang yang menerkam kambing tersebut jenis macan tutul atau sejenis anjing hutan, walaupun masih harus dibuktikan, mengingat ketika tim TNGM datang ke lokasi kondisi TKP sudah banyak berubah akibat aktivitas manusia, TKP daaerah berpasir dan bangkai kambing sudah dikubur (hasil analisa foto).

Dari beberapa analisa tersebut tambah Asep daapat disimpulkan bahwa lokasi kandang agak jauh dari pemukiman  dengan wilayah edar macan tutul cukup dekat sehingga mengundang bahaya bagi kambing itu sendiri. Disamping itu lokasi kandang kambing berada di kebun/tegalan yang dekat dengan kawasan hutan dan hal tersebut diibaratkan ternak tersebut  sebagai umpan binatang liar di hutan Merapi. Macan tutul turun hutan dikarenakan beberapa hal antara lain karena erupsi, mencari makan/minum. Sedang pada saat kejadian kondisi gunung merapi sedang normal,melihat musim hujan yang cukup panjang dimungkinkan ketersediaan mangsa/makanan cukup. Tetapi ada dugaan karena ketersediaan air di atas/kawasan sudah minim (beberapa waktu tidak hujan) dan lokasi sumber air ada dibawah, sementara saat kejadian macan tutul sedaang mencari air dan kebetulan lewat di dekat kambing yang tanpa penjagaan manusia, hingga kesempatan tersebut dimanfaatkan untuk memangsa kambing. Meskipun belum dimakan dan itu menunjukkan bahwa binatang buas tersebut belum betul-betul lapar.