Early Warning System Akan Meriahkan Detik-Detik Proklamasi
Sleman, 14 Agustus 2013, Sekda Kabupaten Sleman, dr.Sunartono,M.kes, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Drs.Julisetiono,MM, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dra. AAA. Laksmi Dewi, MM dan Kabag. Humas Dra.Endah SW, MPA mengadakan press conference terkait tersesatnya wisatawan asal Rusia yang melakukan pendakian di lereng Merapi.
Dalam keterangannya Sekda Sleman, menyatakan bahwa potensi pariwisata dan keindahan Gunung Merapi pasca erupsi memang mengundang banyak wisatawan baik dari manca negara maupun dalam negeri untuk melakukan pendakian ke puncak gunung Merapi, oleh karena itu Pemerintah Kabupaten Sleman terus mencoba memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya agar wisatawan yang melakukan kunjungan ke Marapi dapat menikmati kunjungannya secara nyaman dan juga aman. Namun pelayanan tersebut tidak dilakukan langsung oleh pemerintah, tetapi banyak yang dilakukan oleh masyarakat, misalkan volcano tour, wisata pendakian, dan lain-lain. Untuk itu pemerintah berusaha melakukan upaya agar para wisatawan tersebut dapat menikmati keindahan Merapi dengan sebaik-baiknya dan juga dapat terjamin keselamatannya.
Guna menjamin keselamatan dan kenyamanan para wisatawan tersebut pemerintah akan menyiapkan pos-pos SAR yang menyediakan pemandu, peta, dan perlengkapan lainnya agar para wisatawan yang akan melakukan pendakian dapat terpantau dengan baik, dulu sebelum erupsi merapi 2010 kediaman Mbah Marijan di Kinahrejo digunakan sebagai pos, dan wisatawan yang akan mendaki selalu mampir kesana dan akan dipandu oleh pemandu lokal, sehingga meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan seperti kejadian baru-baru ini yaitu seorang Wisatawan asal Rusia yang tersesat dan hingga hari ini belum ditemukan.
Sekda, juga berharap agar masyarakat juga menjaga rambu-rambu atau penunjuk jalan yang ada di Gunung Merapi agar para pendaki dapat melakukan pendaki dengan baik dan aman, selain itu pemkab. Sleman akan memfasilitasi izin bagi para pemandu, oleh Dinas Budpar dan nantinya juga akan disiapkan pelatihan bagi para pemandu, sekda Sleman juga menghimbau bagi para pendaki agar selalu “kulo nuwun” atau meminta izin di posko-posko yang ada, sehingga dapat terpantau siapa-siapa saja yang melakukan pendakian, karena bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dapat segera dilakukan tindakan-tindakan yang diperlukan.
Kepala BPBD, juga memberikan keterangan bahwa, hingga saat ini belum ditemukan wisatawan tersebut, BPBD, SAR, Tagana, dan relawan sudah melakukan pencarian dan penyisiran di lokasi-lokasi yang diduga menjadi lokasi terakhir wisatawan tersebut melakukan kontak. Di pos Kinahrejo sudah didirikan dapur umum, dan sudah disiapkan tenaga medis, untuk hari ini 80 orang dari berbagai unsur melakukan pencarian dan penyisiran terhadap wisatawan tersebut. Dalam kondisi aktif normal memang banyak sekali wisatawan yang melakukan pendakian, BPPTK memberikan rekomendasi apabila melakukan pendakian untuk dari jalur selatan batas puncak Kendit, apabila melewati jalur utara batas puncak ada di Pasar Bubrah. BPPTK juga menyarankan apabila melakukan pendakian dihimbau untuk melalui jalur aman yaitu jalur utara. Setelah erupsi merapi memang jalur yang ada menjadi berubah, untuk itu harus ada pemandu yang mengetahui peta jalur pendakian yang aman dan terbaru.
Kepala Disbudpar, menambahkan bahwa peminat wisata merapi setiap tahun semakin meningkat, sehingga nantinya Disbudpar dengan instansi terkait akan segera mengaktifkan pos yang ada di Pangukrejo, sehingga wisatawan yang akan melakukan pendakian dapat tercatat dengan baik, dan juga dapat diberikan pengarahan tentang standar keselamatan dalam melakukan pendakian, sehingga dapat meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan. Ayu juga menambahkan bahwa setelah erupsi merapi 2010 ada banyak hal yang harus dibenahi terutama mengenai wisata Gunung Merapi.
Dalam rangka memperingati HUT RI ke-68, Julisetiono juga akan melakukan pengecekan kondisi Early Warning System (EWS), yang rencananya akan dibunyikan pada saat detik-detik proklamasi RI. Dengan dibunyikannya 12 EWS yang berada di 12 lokasi ini nanti akan dilakukan evaluasi apakah perlu adanya penambahan atau perbaikan EWS tersebut. Dengan demikian nantinya EWS tersebut dapat diketahui kondisinya, apakah berfungsi dengan baik atau tidak, sehingga ketika dibutuhkan dapat berfungsi dengan baik. Pemkab. Sleman juga sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar ketika EWS di bunyikan tidak terjadi kepanikan. Dari 12 titik EWS tersebut ada 7 titik EWS yang dapat dibunyikan dari 1 lokasi di Denggung dan 5 titik EWS dibunyikan secara manual oleh petugas. Ke depan semua titik EWS dapat dibunyikan secara serentak. Tujuh titik tersebut adalah EWS di Padukuhan Kalitengah Lor, Srunen, Batur, Tangkisan, Turgo, Kemiri dan Pulowatu