Kementerian Pertanian RI melakukan kunjungan ke kelompok tani petani salak “Duri Kencana” di Trumpon Rabu 19 Juni 2013. Kunjungan tersebut dalam rangka sharing untuk menyusun program jangka menengah dengan beberapa masukan terutama dari Indonesia dalam membangun pertanian. Sementara itu  H. Musrin (kelompok Tani Duri Kencana) memaparkan bahwa tanamaan salak di Tempel semula hanya Salak Sepet dan berkembang menjadi Salak Pondoh yang punya nilai jual yang tinggi. Diharapkan salak Pondoh bisa go Internasional agar petani bisa terangkat tingkat perekonomiannya. Rombongan Sekjen dan staf ahli Kementan beserta rombongan best practices agricultural development policies selected countries & implication for Indonesia tersebut berjumlah 30 orang dipimpin oleh Prof. Tahlim Sudaryanto juga mengunjungi  pengelolaan salak Pondoh dan Packaging salak untuk eksport.

Bupati Sleman dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan staf ahli bupati bidang SDM Drs. Dwi Supriyatno, MS menjelaskan bahwa pengembangan budidaya pertanian di Kabupaten Sleman merupakan salah satu upaya untuk memantapkan ketahanan pangan masyarakat dan sekaligus meningkatkan pendapatan para petani. Di Sleman sektor pertanian menjadi unggulan ke-empat yang memberikan kontribusi pada PDRB Kabupaten Sleman setelah sektor Perdagangan, hotel & Restoran, Jasa-jasa, dan Industri Pengolahan. Kontribusi sektor pertanian pada PDRB harga berlaku sebesar 12,99%. Sektor ini menjadi tumpuan mata pencaharian sebagian besar masyarakat Sleman. Tiga puluh persen penduduk Sleman berkiprah pada sektor pertanian. Untuk itu pengembangan sektor pertanian di Sleman diorientasi pada peningkatan produktivitas, kualitas dan pemasaran pada  komoditas  pertanian. Salah satu komoditas unggulan tersebut adalah salak pondoh. Lebih lanjut disampaikan bahwa komoditas salak pondoh yang telah menjadi ikonnya Sleman, harus mampu memberikan kesejahteraan bagi para petani, bahkan masyarakat Sleman. Upaya yang ditempuh oleh Kabupaten Sleman adalah merubah dan memperbaiki sistem budidaya yang dilakukan petani salak pondoh dengan menerapkan prinsip budidaya tanaman yang baik (Good Agriculture Practicise/GAP) dan standar prosedur operasional (SPO) pada komoditas. Dengan menerapkan GAP para petani salak pondoh mampu menjaga kontinyuitas produksi salak dan sekaligus  dapat menjaga stabilitas harga.

Saat ini terdapat 23 kelompok petani salak yang telah melakukan registrasi terhadap kebunnya dengan luas 313 Ha, 537.388 rumpun, 1.090 kebun. Sertifikasi yang telah terdaftar berupa Sertifikasi Prima 3: 17 kelompok; Sertifikasi Organik: 2 kelompok; dan Sertifikasi Global GAP: masih dalam proses. Saat ini kondisi komoditas salak pondoh sudah mulai pulih. Hal ini terlihat dari sisi pemasaran salak pondoh yang sudah mulai dapat memenuhi permintaan pasar. Persentase pemenuhan untuk pasar lokal sejumlah 30%, domestik (Pulau Jawa, Sumatra, dan Kalimantan) sejumlah 68%, dan 2% untuk memenuhi permintaan ekspor ke China  dan Singapura dengan total produksi salak pada tahun 2012 sebesar 493.764 kwintal. Tahun 2012 Sleman mengekspor salak sebanyak 320,79 ton, sedangkan pada tahun 2013 sampai dengan bulan Mei telah mengekspor sejumlah 199,96 ton. Dari komuditas ekspor salak tersebut harga kisaran sekitar Rp.7.500,00 sampai dengan Rp.8.000,00 Sleman tidak hanya memiliki satu jenis komuditas salak yang banyak diminati oleh konsumen. Selain salak pondoh, salak gading dan salak madu juga diminati oleh konsumen. Produksi salak gading tahun 2012 sejumlah 2.653 kwintal dan salak madu sejumlah 2.910 kwintal.***