Perayaan wiwit sebagai salah satu kekayaan budaya patut dipertahankan agar tradisi dan akar budaya tradisional masyarakat dapat juga dinikmati oleh masyarakat dan anak-cucu kita. Perayaan wiwit sebagai salah satu upacara awal memanen padi juga merupakan satu upaya menjunjung kearifan lokal. Perayaan wiwit ini masih dipertahankan oleh masyarakat Sleman sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan YME atas panen yang berlimpah sehingga sehingga Sleman mampu mempertahankan predikatnya sebagai gudang berasnya propinsi DIY.  Hal tersebut disampaikan Bupati Sleman Drs. Sri Purnomo saat pelaksanaan wiwit padi Organik di bulak Pepen Trimulyo Sleman Selasa 19 Maret 2013. Lebih lanjut disampaikan bahwa untuk mempertahankan produksi beras di Sleman menghadapi tantangan yang sangat berat. Terle­bih lagi luas lahan pertanian yang ada di Sleman ini dari tahun ke tahun semakin menyusut. De­ngan demikian pelak­­­sa­­na­an panen raya padi, sebagai hasil dari penerapan teknologi pertanian organik ini dapat memotivasi kelom­pok-kelompok tani lainnya untuk mengoptimalkan produk­sinya.
Selama tahun 2007 sampai dengan 2012 Kabupaten Sleman masih mampu mempertahankan predikat sebagai lumbung beras di Provinsi DIY. Surplus beras pada tahun 2012 sebanyak 109.724 ton dengan produksi padi sawah pada tahun 2012 mencapai 311.378 ton dan padi ladang mencapai 1.437 ton. Meskipun kondisi surplus beras ini menjadikan Sleman saat ini dalam posisi aman, janganlah membuat kita puas. Kita tetap perlu mewaspadai kemung­kinan terjadinya paceklik pangan. Hal ini mengingat dengan adanya perubahan dan pergeseran musim dan cuaca, dapat menyebabkan perubahan jadwal masa tanam padi dan terganggunya produktifitas lahan .Salah satu upaya untuk mengantisipasi terjadinya paceklik adalah mengefektifkan kembali lumbung-lumbung pangan di desa-desa. Lumbung ini disiapkan untuk menampung produksi padi dari petani yang disiapkan untuk mengantipasi paceklik pangan. Selain itu lumbung pangan juga merupakan upaya untuk melakukan revitalisasi budaya masyarakat berupa local wisdom layaknya upacara wiwit. Lumbung pangan adalah kekayaan budaya  yang bukan hanya merupakan tempat penyimpanan pangan namun juga merupakan wujud kegotongroyongan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar. Untuk itu diharapkan keberadaan lumbung pangan di suatu desa tidak hanya secara fisik namun juga terdapat suatu sistem yang mengatur penyimpanan, distribusi pangan dan lain sebagainya.  Dengan demikian, kearifan lokal yang kita miliki benar-benar memiliki nilai lebih untuk di uri-uri  atau dilestarikan.
Hadir dalam kesempatan tersebut antara lain Bupati sleman Drs. Sri Purnomo, GKR Pembayun, GKR Condro Kirono, Kepala Dinas Budpar Drs. Untoro Budiharjo, Camat Sleman Herry Sutapa, MM. Sedangkan GKR. Pembayun dalam kesempatan tersebut antara lain menyampaikan bahwa beras Merah dan Hitam perlu dikembangkan mengingat harganya yang cukup tinggi. Disamping itu dalam penerapan pertanian organik dan alami perlunya penerapan pranoto mongso. Yang jelas tambah Pembayun dengan lahan yang semakin sempit tersebut, bagaimna meningkatkan produksi yang baik dan banyak, tentunya dengan menciptakan teknologi baru. Dan jangan lupa generasi muda/petani mampu mempertahankan lahan pertanian.
Sedangkan Yudi Prastowo selaku ketua kelompok dalam kesempatan tersebut melaporkan bahwa acara wiwit padi tersebut sebagaai acara pelestaarian budaaya, disamping itu juga dalam rangka mengembalikan tanaman alaami dengan pupuk organik, karena dengan pupuk organik kualitas beras yang dihasilkan lebih baik. Lahan percontohan jenis padi Jasmin tersebut seluas 1,5 hektar dan kedepan akan dikembangkan menjadi 5 ha. Yang jelas umur padi jenis Jasmin 120 hari dan pada waktu panen ternyata hsilnya tidak kalah dengan jenis padi yang lain. Dan rasanya lebih enak dan tahan lama karena menggunakaan 100 % pupuk organik. Dalam acara wiwit panen padi organik jenis Jasmin tersebut ditandai dengan penandatangan prasasti oleh Bupati Sleman, GKR. Pembayun dan GKR. Condro Kirono dan dilanjutkan panen bersamaa di lahan tanaman padi.