Panen perdana padi Hibrida Varietas Dev Gen di Bulak Brintikan Tirtomartani Kalasan  milik kelompok tani Ngudi Makmur berhasil dengan baik terbukti dari lahan 1 ha mampu menghasilkan  9,9068 ton Gabah Kering Giling, sementara bila dibandingkan dengan jenis varietas Ciherang hanya menghasilkan 7,897 Ton Gabah Kering Giling . Hingga selisihnya cukup banyak yaitu 2,009 ton. Hal tersebut terungkap saat panen raya padi hibrida  di bulak Brintikan Selasa 12 Pebruari 2013. Hadir dan melakukan panen perdana pada kesempatan tersebut antara lain bupati Sleman Drs. Sri Purnomo, Komandan Korem 072 Pamungkas Indro Respati, Dandim 0732 Sleman  Satriyo Pinandoyo, Kepala Dinas Pertanian, perikanan dan kehutanan kabupaten sleman Ir. S. Riyadi Martoyo, MM, dari Dinas pertanian DIY Ir. Sasangko, Msi, Camat Kalasan Samsul Bahri, kepala desa Tirtomartani Sriyanto. Dalam kesempatan tersebut diserahkan pula mesin perontok padi oleh bupati sleman dan diterima ketua kelompok tani Ngudi Makmur  Rohasis Suprihantoro.

Bupati Sleman dalam kesempatan tersebut antara lain menyampaikan bahwa selama tahun 2012 Kabupaten Sleman masih mampu mempertahankan predikat sebagai lumbung beras di provinsi DIY. Surplus beras pada tahun 2012 sebanyak 109.724 ton dengan produksi padi sawah pada tahun 2012  mencapai 311.378 ton dan padi ladang mencapai 1.437 ton. Meskipun kondisi Sleman surplus beras namun perlu tetap mewaspadai kemungkinan terjadinya paceklik pangan. Hal ini mengingat dengan adanya perubahan jadwal masa tanam padi dan terganggunya produktifitas lahan. Salah satu upaya untuk mengantisipasi terjadinya paceklik adalah mengefektifkan kembali lumbung-lumbung pangan di desa-desa. Lumbung ini disiapkan untuk mengantisipasi paceklik pangan. Selain itu lumbung pangan merupakan upaya untuk melakukan revitalisasi budaya masyarakat berupa local wisdom. Lumbung padi pangan  adalah kekayaan budaya yang bukan hanya merupakan tempat penyimpanan pangan namun juga merupakan wujud kegotongroyongan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar. Untuk itu diharapkan keberadaan lumbung pangan disuatu desa tidak hanya secara fisik namun juga terdapat suatu sistem yang mengatur penyimpanan distribusi pangan dan lain sebagainya. Terlebih lagi wilayah kecamatan di Sleman Moyudan sehingga merupakan salah salah satu Daerah penghasil padi di Sleman sehingga keberadaan lumbung pangan ini menguatkan identitas penghasil padi tersebut.

Sementara itu Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman S. Riyadi Martoyo, MM dalam kesempatan tersebut menyampaikan bahwa  penggunaan pupuk berimbang dan organic mutlak diperlukan untuk mengembalikan struktur tanah yang saat ini sudah tidak subur lagi. Penggunaan pupuk organic per hektarnaya paling tidak 1,5 – 2 ton, kalau penggunaan pupuk organic terus dilakukan maka kesuburan tanah akan kembali seperti semula, meskipun penggunaan pupuk kimia masih diperlukan. Disamping itu tambah Riyadi, untuk  menaikkan produksi paanen padi maka pola tanam harus juga diperhatikan, jangan secara terus menerus tanam padi tanpa ada selingan tanam polowijo. Penggunaan pupuk sintetis/kimia yang terus menerus akan menyebabkan tanah menjadi keras, dan bisa dikatakan tanah sudah sakit, sementara penyembuhannya hanya dengan pupuk organic. Ditambahkan pula  dengan pola tanam yang benar, penggunaan pupuk yang tepat, tanam bibit tidak terlalu tua maka akan menghasilkan padi yang baik.

Sedang ketua kelompok tani Ngudi Makmur dalam kesempatan tersebut melaporkan bahwa untuk jenis padi Varietas Hibrida Dev Gen  panjang malai 26-29 Cm, jumlah tangkai per maalai 12-15 buah, jumlaah butir gabah per malai 231 butir, jumlah butir bernas 167 butir, jumlah butir hijau daan hampa 64 butir, Rata jumlah malai per rumpun 8-16 tangkai, total butir bernas per rumpun 2.004 butir hasil ubinan (kg) 7.15 kg. Sedang jenis yang lain seperti Ceherang jauh dibawahnya.