Camat Depok Drs. Krido Suprayitno,SE.M.Si kembali mendapat penghargaan di bidang lingkungan. Bila beberapa waktu yang lalu ia memperolehnya dari pemerintah kali ini ia mendapat penghargaan Pendorong Lestari Kehati Award Tingkat Nasional Tahun 2011 dari Yayasan KEHATI Jakarta. Penghargaan telah diberikan langsung oleh mantan Menteri KLH .Prof.Dr Emil Salim sebagai Dewan Pembina KEHATI kepada Krido Suprayitno di Jakarta kemarin.

Krido memeperoleh penghargaan ini karena dinilai berhasil meningkatkan pola pengelolaan dan pemanfaatan biodiversitas berkelanjutan yang melibatkan partisipasi gerakan masyarakat di Kecamatan Turi dan Berbah Kabupaten Sleman ketika ia menjabat sebagai camat di kedua wilayah tersebut. Pola yang diterapkan PNS kelahiran Purworejo, 29 Desember 1963 itu diwujudkan dalam bentuk 18 kegiatan antara lain, penangkaran burung punglor, pelestarian ekosistem mozaik kebun salak pondoh organik. Selain itu, penanaman vegetasi jambu mete sebagai media pembelajaran masyarakat dalam daya dukung lingkungan biodiversitas serta species arwana dan budidaya ikan hias cupang dan udang galah untuk mendorong pembelajaran Iptekmas sebagai media konservasi sungai Mrue, Opak dan Kuning.

Disamping itu Krido juga menerapkan pola pengelolan dan biodiversitas berkelanjutan melestarikan kultivar pohon Induk Tunggal jambu Dalhari sebagai plasma nutfah keaneragaman hayati berbasis Education for Sustainable Development. Peningkatan ekonomi lestari mendorong eksplorasi sumber daya pangan lokal alami potensial bagi kesejahteraan masyarakat, kelembagaan, ketokohan masyarakat, strategi perencanaan pengelolaan pemanfaatan biodiversitas model Kehati metodologi menjadi muatan lokal sekolah hijau juga kut membawa Krido memperoleh pengharaan Kehati Award tingkat nasional 2011.

Latar belakang mantan Camat Berbah peduli lingkungan yang melibatkan partisipasi gerakan masyarakat di Kecamatan Turi dan Berbah, antara lain karena merasa prihatin terhadap ancaman kepunahan satwa langka burung punglor dari habitatnya ekosistem vegetasi tanaman salak, adanya hamparan lahan kritis akibat penambahangan pasir liar tanpa terkendali di zona Taman Nasional Gunung Merapi, terbatasnya kepedulian dan komitmen masyarakat terhadap pelestarian sumber daya hayati dsb.