Pembangunan di bidang kesehatan di Kabupaten Sleman ini telah menunjukkan hasil yang menggem­bi­ra­kan. Hal ini ditunjukkan dengan kondisi derajat kesehatan masyarakat Sleman yakni angka kematian bayi (AKB) 5,71 per 1.000 kelahiran hidup dan Jumlah Kematian Ibu sebanyak 15 orang per 11.543 kelahiran hidup. Angka ini lebih baik dari capaian tingkat propinsi maupun nasional. Selain itu, tingkat kesehatan masyarakat yang diukur berdasarkan Usia Harapan Hidup (UHH) masyarakat rata-rata di Kabupaten Sleman yaitu 75,76 tahun.Hal tersebut disampaikan bupati sleman Drs. Sri Purnomo dalam sambutan saat peresmian dan penyerahan Puskesmas Keliling Cangkringan,Sabtu 18 Pebruari 2012 di Puskesmas Cangkringan.

Lebih lanjut disampaikan Sri Purnomo bahwa kondisi kesehatan tersebut memberikan kontribusi pada pencapaian IPM Sleman yang senantiasa meningkat dari tahun ke tahun. Pencapaian hasil yang cukup baik tersebut tidak terlepas dari upaya-upaya Pemkab dalam meningkatkan sarana, prasarana serta mutu pelayanannya. Upaya yang ditempuh untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau diantaranya melalui standarisasi pelayanan melalui implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di Puskesmas, dan Penerapan Jaminan Mutu. Penerapan dari kegiatan tersebut telah membuahkan hasil, yaitu dengan diterimanya sertifikasi ISO 9001:2008 bagi 18 dari 25 Puskesmas di Sleman. Bahkan Dinas Kesehatan dan RSUD Sleman juga telah meraih sertifikasi ini.

Dalam kesempatan tersebut Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Kementrian Kesehatan RI Slamet Riyadi Yuwono antara lain menyampaikan bahwa bantuan puskesmas keliling tersebut berasal dari Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Ia juga mengatakan bahwa sebagai pelayan masyarakat dalam bidang kesehataan harus dilakukan secara aktif dan jangan hanya terpaku pada jam kerja saja, namun harus fleksibel sesuai budaya masyarakat. Jika masyarakat memerlukan maka bisa mendatangi langsung agar kualitas pelayanan kesehatan dan kesehatan masyarakat lebih berkualitas lagi.

Apabila pelayanan hanya dilakukan di Puskesmas dan yang aktip hanya masyarakat, maka pelayaanan kesehataan tidak akan maksimal. Terlebih peran kader sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan. Diakui selama ini para keder kesehatan memang tidak mendapat upah, namun mereka secara ikhlas melakukan kegiatan dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat sangat gigih dan itu perlu mendapat acungan jempol, tambah Dirjen KIA.

Lebih lanjut disampaikan bahwa meskipun mereka tidak mendapat upah namun perlu diupayakan agar mereka mendapatkan uang transport demi kelancaran tugas mereka. Dengan diresmikannya Puskesmas Keliling Cangkringan ini diharapkan pada kader kesehataan mampu membuat peta tentang kondisi kesehatan masyarakat, hingga tidak lagi terjadi keterlambatan dalam memberikan pelayanan kesebatan pada masyarakat, terutama pelayanan kesehataan pada ibu hamil utamanya yang mau melahirkan yang rawan akan kematian tersebut.

Mengenai seringnya kematian ibu saat melahirkan biasanya disebabkan karena infeksi, pendarahan dan keracunan dan itu perlu dihindari dengan caraa antara lain memberikan pelayanan pada ibu yang akan melahirkan dengan sebaik-baiknya dan jangan sampai terlambat.

Peresmian dan penyerahan Puskesmas Keliling Cangkringan tersebut ditandai dengan penyerahan kunci oleh Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan anak kepada Bupati Sleman Sri Purnomo, selanjutnya diberikan kepada kepala Puskesmas Cangkringan Maryadi, SKmM, kemudian dilanjutakan peninjauan Puskesmas Cangkringan. Hadir juga dalam kesempatan tersebut antara lain Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman dr. Mafilindaati Nuraini, M.Kes, Camat Cangkringan, Kapolsek Cangkringan juga para kader Gizi di Kecamatan Cangkringan.