Sebanyak tiga desa wisata dari 38 desa wisata yang ada di Kabupaten Sleman mengalami kerusakan paling serius. Ketiga desa wisata itu adalah Kinahrejo, Petung dan Gondang. Demikian dikatakan Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata sekaligus sebagai Plh. Kepala Bidang Pengembangan Pariwisata Disbudpar Sleman Dra. Shavitri Nurmala Dewi, MA, Selasa 9 November 2010 dikantornya.

Diungkapkan ketiga desa wisata yang berlokasi di wilayah Kecamatan Cangkringan paling dekat dengan Gunung Merapi tersebut sebagian besar rusak secara fisik akibat terjangan awan panas Gunung Merapi beberapa waktu silam. Di ketiga desa wisata tersebut memang tidak begitu banyak homestay yang ditawarkan, yakni hanya 75 homestay dengan perincian Kinahrejo 10, Petung 50 dan Gondang 15. Masing-masing homestay memiliki jumlah kamar yang berbeda-beda, antara 1 hingga 4 kamar.

Sementara desa-desa wisata yang lain yang berada di keempat kecamatan yang terkena dampak erusi Gunung Merapi yaitu di Kecamatan Cangkringan, Pakem, Turi dan Tempel sebagian besar terganggu aktivitasnya akibat abu vulkanik yang cukup tebal. Disamping itu juga ditinggalkan oleh warga masyarakatnya untuk mengungsi ke tempat-tempat yang lebih aman sepertinya posko pengungsian maupun ke rumah sanak saudara yang berada dalam radius aman.

Desa-desa wisata yang ditinggalkan warga masyarakatnya adalah desa wisata Pentingsari di kecamatan Cangkringan, desa wisata Sambi, Turgo, Kaliurang Timur, dan Srowolan di Kecamatan Pakem. Selain itu desa wisata Kembangarum, Dukuh, Gabugan, Kelor, Garongan, Nganggring, Tunggularum, dan Ledoknongko di kecamatan Turi, serta desa wisata Trumpon di Kecamatan Tempel. Disamping 3 (tiga) desa wisata yang mengalami kerusakan paling serius, ke 14 (empat belas) desa wisata yang terpaksa ditinggalkan oleh warganya tersebut menawarkan homestay sebanyak 704 homestay.

Shavitri atau yang akrab dipanggil Evi mengungkapkan keprihatinannya terhadap aset kepariwisataan daerah yang terkena dampak erupsi Gunung Merapi, khususnya desa-desa wisata. Mengingat selama ini desa wisata memiliki andil yang cukup besar dalam mensejahterakan masyarakat di pedesaan. Meskipun demikian, semua itu adalah kuasa dan kehendak Tuhan yang tentunya akan memberikan hikmah dibalik bencana yang terjadi.

Diharapkan kepada para pengelola desa wisata, khususnya yang hanya terganggu oleh abu vulkanik, kedepan apabila sudah dinyatakan aman kembali agar tetap semangat untuk menggeluti dan mengelola desa wisata masing-masing. Pada awalnya mungkiin dirasa cukup berat namun berkat kerjasama antar berbagai pihak dari pemerintah daerah dan para pelaku pariwisata sepertinya ASITA, PHRI, HPI dsb kedepan diharapkan pengelolaan pariwisata, khususnya desa wisata dapat lebih baik lagi.

Diharapkan pula kepada para wisatawan baik domestik maupun manca negara bahwa Sleman masih memiliki banyak obyek wisata untuk dikunjungi, sepertinya candi Prambanan, Candi Boko, dan berbagai museum sepertinya Museum Affandi, Museum Jogja Kembali, Museum Pendidikan UNY, Museum Geoteknologi Mineral UPN, Museum Pancasila, dll. Bahkan masih banyak desa wisata lain yang sangat layak untuk dikunjungi sepertinya desa wisata Gamplong, Sangubanyu, Plempoh, Rumah Domes, Nawung, dsb.