Atasi Demam Berdarah Tidak Hanya dengan Fogging
Fogging bukanlah cara efektif untuk untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya kasus Demam Berdarah. Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman dr. Mafilindati Nuraini, M.Kes saat dijumpai diruang kerjanya Senin, 23 Agustus 2010.
Penggunaan Fogging tidak efektif, disamping biayanya mahal juga akan memberi resistensi/kekebalan nyamuk terhadap insektisida. Fogging juga beresiko sangat tinggi karena akan merusak ekosistem. Ditambahkan oleh dr. Linda bahwa selama ini ada persepsi yang keliru di masyarakat bahwa jika ada satu kasus harus ditindaklanjuti dengan foging. Padahal untuk dilakukan foging perlu pencermatan apakah penderita benar-benar menderita DB dgn bukti tertulis laporan dari rumah sakit atau klinik yang merawat penderita dbd, kemudian diteliti tempat tinggal penderita dan lingkungannya dalam radius 200 m, karena bisa juga penderita terkenanya bukan dari lingkungan tempat tinggal. dan untuk pencermatan ini perlu proses. Prosedur ini memerlukan pemahaman bersama sehingga penanganan DB dapat kebih efektif.
Pencegahan yang lebih efektif adalah dengan PSN ( Pemberantasan Sarang nyamuk ) yang melibatkan para Jumantik mandiri dan pemerintah dan masyarakat. Dalam hal ini peran masyarakat sangat diharapkan agar tidak terjadi kasus yang lebih besar. Kalau sejak dini bisa dideteksi maka kasus yang lebih besar bisa dicegah. Disamping itu masyarakat diharapkan berpola hidup bersih dan sehat dengan 3 M plusnya yaitu Mengubur, menutup dan menguras, sementara plusnya adalah dengan memberikan ikan/ikanisasi pada bak penampungan air, juga dengan penaburan bubuk Larvasida dan memberikan krim/losian pengusir Nyamuk.
Kasus Demam Berdarah sampai bulan Agustus (23 Agustus ) 2010 di Sleman cukup tinggi, karena selama tahun 2010 ini terjadi 502 kasus dan 2 diantaranya meninggal dunia. Dari sejumlah kasus tersebut yang paling banyak terjadi di wilayah Kecamatan Kalasan dengan 142 kasus dan yang paling rendah (tidak ada kasus) ada di wilayah Puskesmas Tempel 2 dan Pakem.. Rangking kedua kasus DB terjadi di wilayah Puskesmas kecamatan Gamping 1 dengan 39 kasus, berikutnya Depok 3 dengan 36 kasus. Untuk kasus yang sampai menimbulkan korban jiwa terjadi di wilayah Puskesmas Gamping 2 dan Minggir, dari kedua kematian tersebut keduanya meninggal di Rumah Sakit. Bila dibanding kasus yang sampai meninggal tahun 2010 masih dibawah tahun sebelumnya karena kasus yang sampai meninggal pada tahun sebelumnya cukup tinggi, yaitu tahun 2006 terjadi kasus 11 meninggal, tahun 2007 8 meninggal, tahun 2008 yang meninggal dunia ada 5 orang, tahun 2009 terjadi 5 kasus meninggal dan pada tahun 2010 terjadi 2 meninggal dunia.
Untuk mengatasi dan mencegah terjadinya kasus Demam Berdarah tersebut peran masyarakat adalah unsur yang paling dominan karena tahu persis kondisi lingkungannya. Sementara kalau mengandalkan peran pemerintah bisa jadi akan terlambat. Diharapkan tambah Kepala Dinas , sendainya dijumpai kasus yang seperti gejala Demam berdarah agar segera memeriksakan diri di pelayanan kesehatan terdekat agar secara dini dapat segera diketahui jenis penyakit. Karena kalau terlambat maka akan berakibat fatal, termasuk menimbulkan korban jiwa.
Ditambahkan Mafilindati bahwa kasus Demam berdarah yang sampai menimbulkan korban jiwa terjadi di bulan Januari dan Pebruari 2010.Ditambahkan pula bahwa kasus Demam Berdarah yang paling banyak pada usia 15-44 tahun karena pada tahun 2010 ini terjadi 290 kasus dan disusul pada usia 5-14 tahun dengan 144 kasus.