Penanggulang kemiskinan menjadi tanggungjawab kita semua, demikian antara lain yang disampaikan Bupati Sleman, Drs. Sri Purnomo, MSI ketika memberikan tausiyah atau kultum kepada jamaah Sholat Dhuhur di Masjid Agung Sudiro Husodo, pada hari Kamis tanggal 12 Agustus 2010.

Salah satu hikmah dari ibadah puasa adalah menumbuhkan empati akan kondisi kekurangan orang lain. ”Dengan merasa lapar dan dahaga, maka kita bisa merasa bagaimana yang dirasakan mereka yang miskin atau kekurangan” kata Sri Purnomo. Oleh karena itu, Bupati mengajak kepada jamaah untuk menumbuhsuburkan shodaqoh, infaq dan zakat. Terlebih, amal kebaikan di bulan ramadhan seperti infaq, zakat dan shodaqoh akan diberikan pahala berlipat ganda oleh Allah SWT.

Menurut Sri Purnomo, Al Quran mengajarkan umatnya untuk berempati kepada kondisi orang lain khususnya yang kekurangan. Umat Islam diajarkan agar memiliki kabiasaan dan budaya memberi. Pemberian dalam bentuk wajib, yaitu zakat, atau yang bersifat sunnah dalam bentuk infaq dan shodaqoh. Perintah untuk memberi ini, sama nilainya dengan perintah Sholat. ”Coba kita periksa kembali, setiap perintah Sholat pasti disandingkan dengan zakat, dan jumlahnya di Quran mencapai 86 ayat” tegas Bupati. Selain itu, lanjut Sri Purnomo, mengenai harta yang kita memiliki, Allah mengingatkan dalam Al Qur’an bahwa dalam harta yang kita miliki terdapat hak atau bagian bagi orang tidak mampu.

Bila budaya memberi ini sudah menjadi kebiasaan kaum muslimin maka kemiskinan akan semakin mudah dientaskan. Rumah tangga miskin ini harus bersama-sama dibantu untuk menjadi keluarga yang mampu dan berdaya. Penanggulangan kemiskinan tidak dapat hanya dilakukan oleh jajaran pemerintah saja. Masalah kemiskinan merupakan masalah yang peme­cah­an­nya memerlukan kerjasama semua pihak termasuk masyarakat terutama umat muslim sebagai umat mayoritas.