25
Nov
Suasana Stadion Maguwoharjo Sleman, Jumat pagi 25 Nopember 2011 sangat meriah dan ramai. Sejak pukul 6.30 WIB ribuan orang yang terdiri dari anggota KORPRI dan PGRI Sleman mendatangi Stadion Maguwoharjo Sleman untuk mengikuti senam massal dan donor darah. Acara tersebut diselenggarakan dalam rangka HUT KORPRI ke-40 dan HUT ke-66 PGRI serta hari kesetiakawanan Sosial ( HKSN ) tahun 2011. Nampak hadir juga Bupati Sleman, Wakil Bupati Sleman, para pengurus KORPRI dan pejabat lainnya di lingkungan Pemkab Sleman. Para peserta nampak semangat mengikuti senam yang dipandu oleh para instruktur.
Kegiatan HUT KORPRI dan PGRI yang digabung secara bersama sama ini merupakan yang pertama kalinya. Pada tanggal 25 Nopember 2011 adalah HUT PGRI, dan para guru libur, sehingga pada hari ini para anggota PGRI dapat mengikuti senam tersebut.
Dalam sambutannya Bupati Sleman mengajak para peserta untuk memeriahkan peringatan HUT KORPRI dan PGRI ini. Ia juga mengatakan bahwa dengan digabungnya peringatan ulang tahun PGRI dan KORPRI pada tahun ini memang nampak nyata bahwa kegiatan menjadi lebih meriah. Dengan mengikuti senam ini diharapkan para PNS Sleman dan juga angggota PGRI yang adalah para pendidik di Sleman menjadi lebih bugar dan sehat. Selain itu yang juga penting adalah jiwa korsa PNS yang terdiri dari guru dan non guru akan lebih kuat lagi.
Setelah acara senam massal dilanjutkan dengan donor darah yang diikuti oleh sekitar 320 orang. Selain itu juga sepakbola jago kapuk antara tim eksekutif dan tim legislatif dan tim KORPRi dan PGRI. Dalam pertandingan pertama dimenangkan oleh tim legislatif dengan skor telak 4-0. Dalam sepakbola tersebut Bupati Sleman Sri Purnomo dan ketua DPRD Sleman Koeswanto, SIP juga ikut main sepakbola. Sedangkan dalam pertandingan kedua yakni tim Korpri melawan PGRI dimenangkan oleh tim KORPRI dengan skor 3-2.
24
Nov
Upaya rehabilitasi dan rekonstruksi pemulihan desa-desa yang terkena dampak erupsi di Kabupaten Sleman kembali dilaksanakan dengan pembangunan relokasi mandiri Dusun Pelemsari di Dusun Karangkendal. Pada Kamis, 24 November 2011 Bupati Sleman memimpin peletakan batu pertama dengan didampingi oleh Camat Cangkringan, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan ESDM Provinsi DIY, Ir. Rani Sjamsinarsi, Kepala BPPD Sleman, Urip Bahagia dan sejumlah pimpinan SKPD terkait.
Pembangunan hunian tetap ini termasuk pembangunan prasarana lingkungan dengan sistem REKOMPAK yang dikoordinasikan Kemetrian Pekerjaan Umum. Di Dusun karangkendal ini rencananya akan dibagi menjadi 4 RT masing-masing RT 1: 16 KK, RT 2 : 23 KK, RT 3 : 27 KK dan RT 4: 15 KK. Selain hunian tetap di lokasi ini juga akan dibangun fasilitas umum berupa masjid dan balai dusun. Ke depannya, Bupati Sleman juga berharap dapat membangun PAUD dan fasilitas kesehatan di relokasi ini. Bupati Sleman menyambut baik langkah yang diambil oleh warga Dusun Pelemsari yang patut dijadikan contoh dengan melakukan pembelian lahan swadaya. Diharapkan komitmen dan langkah ini dapat membantu pemerintah dalam penyelesaian administratif pemerintahan nantinya termasuk pengaturan jabatan dukuh yang tidak dihilangkan dengan adanya relokasi.
Pembangunan hunian tetap di Karangkendal merupakan Relokasi Mandiri Kolektif yang berasal dari Dusun Pelemsari, dengan perincian 67 KK berada di lahan milik sendiri dan 14 KK yang lain berada di tanah kas desa. Kawasan hunian tetap Karangkendal ini telah dilakukan verifikasi bersama antara REKOMPAK dengan instansi terkait diantaranya BPBD Sleman, Bappeda, Dinas PUP dan DPPD Kab. Sleman dan telah dilakukan pengukuran oleh BPN Kabupaten Sleman. Luas keseluruhan huntap Karangkendal adalah 13.600 m2 yang terdiri dari 9.062 m2 diperuntukkan untuk hunian sedangkan 4.534 m2 dipergunakan untuk fasilitas umum.
Penyiapan lahan hunian tetap Karangkendal ini merupakan fasilitasi semua pihak: land clearing oleh pihak ketiga dan dana pembelian tanah kas desa difasilitasi oleh PUP ESDM Provinsi DI Yogyakarta, sedangkan verifikasi dilakukan bersama antara REKOMPAK dengan instansi terkait. Pembuatan siteplan dilakukan dan berdasarkan rembug masyarakat yang difasilitasi Pemerintah desa – Pemkab Sleman – REKOMPAK, sedangkan Pemerintah Desa menyediakan tanah kas desa untuk memfasilitasi pembangunan hunian tetap.
Di lokasi lain juga telah dibangun hunian tetap untuk 146 KK yang terdiri dari 11 Kelompok Pemukim di lahan milik sendiri yang dikenal dengan Relokasi Mandiri individual yang tersebar di Desa Wukirsari dan Kepuharjo, kecamatan Cangkringan. Sedangkan untuk 400 unit rumah yang lain akan dibangun 81 unit di Karangkendal, 19 unit di Pagerjurang, saat ini pemasangan pondasi, 177 unit di Batur dan sisanya menyebar di Sindumartani, Argomulyo dan Glagaharjo.
24
Nov
Kepedulian terhadap para korban bencana alam kembali ditunjukkan, salah satunya oleh Universitas Atmajaya. Pada Kamis, 24 November 2011 bertempat di lokasi pembangunan rumah tumbuh di Dusun Pusmalang, Wukirsari, Universitas Atmajaya meluncurkan buku dengan judul “Rumah Tumbuh sebagai Jembatan Kebersamaan”, yang memuat tentang seluk beluk permasalahan akibat erupsi Gunung Merapi pada Oktober hingga November 2010 yang lalu dan proses pembangunan rumah tumbuh bagi masyarakat korban erupsi tersebut. Hadir dalam acara ini Bupati Sleman, Sri Purnomo, Rektor UAJY Dr. R Maryatmo, MA, Ketua LPPM UAJY Dr. Ir. Y. Djarot Purbadi, MT, Camat Cangkringan dan sejumlah masyarakat Dukuh Pusmalang.
Pembangunan rumah tumbuh ini dibangun dalam dua tahap, tahap pertama dilakukan pembangunan 10 rumah yang tersebar di 3 lokasi (4 buah di Dusun Pangukrejo Desa Umbulrejo, 3 buah di Dusun Pusmalang Desa Wukirsari). Pembangunan tahap pertama berlangsung dari tanggal 1 sampai dengan 27 Februari 2011 dan diserahkan kepada masyarakat pada tanggal 28 februari 2011. Sedangkan tahap kedua dilakukan pembangunan 10 rumah yang kesemuanya berada di Dusun Pusmalang Desa Wukirsari. Pembangunan tahap kedua berlangsung dari tanggal 14 Maret sampai dengan 10 April 2011 dan diserahkan masyarakat pada tanggal 11 April 2011.
Dalam pelaksanaan pembangunan rumah tumbuh ini, Universitas Atma Jaya Yogyakarta bekerjasama dengan Posko Sumur Kitiran Mas Gereja Pakem Sleman menerjunkan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Peduli Bencana yang pada tahap pertama diikuti 45 mahasiswa dan pada tahap kedua diikuti 23 mahasiswa. Kegiatan pokok dalam program ini adalah membangun rumah sederhana berukuran 6×6 meter dengan dinding batako, atap asbes dan lantai semen. Rumah bantuan ini dibangun di lahan milik penerima bantuan yang merupakan janda dan relawan yang berasal dari Dusun Pangukrejo Desa Umbulharjo dan Dusun Kalitengah Kidul Desa Glagaharjo, serta sebagian warga dari Dusun Petung, Kepuharjo yang secara swadaya membeli lahan di Dusun Pusmalang, Wukirsari.
Dalam sambutannya Bupati Sleman menyambut baik pembangunan hunian ini. Sri Purnomo menyampaikan harapannya agar setiap bantuan dari donatur dapat berkoordinasi dengan pemerintah terkait dengan kebijakan-kebijakan kawasan rawan bencana yang ditetapkan pemerintah. Dengan demikian nantinya tidak terjadi kesimpangsiuran tentang pemberian dana bantuan. Menjawab pertanyaan warga tentang pemberian dana bantuan, Sri Purnomo menegaskan bahwa pemerintah akan memberikan bantuan pendirian hunian tetap dengan luas hunian sebesar 100m2 ditambah lahan seluas 50m2 sebagai fasilitas umum ditambah dana bantuan sebesar Rp. 30 juta bagi tiap warga korban erupsi Merapi. Oleh karena itu setiap donatur diharapkan dapat berkoordinasi dengan pemerintah sehingga tidak terjadi duplikasi bantuan sehingga pemberian bantuan dapat merata bagi seluruh korban masyarakat. Bupati juga menegaskan bahwa warga yang telah mendapat bantuan dari donatur tidak akan mendapat bantuan dari Rekompak JRF.