28
Nov
Telah dua kali ini Yayasan Budha Tzu Chi Indonesia menyerahkan bantuan beras untuk masyarakat korban erupsi merapi dalam jumlah yang cukup besar, itu bukti bahwa perhatian mereka sangat besar bagi sesama, terutama bagi korban erupsi merapi. Hal tersebut disampaikan bupati sleman Drs. Sri Purnomo, MSI saat memberi sambutan pada penyerahan bantuan beras dari Yayasan Budha Tzu Chi Indonesia di Balai desa Argomulyo Cangkringan Senin 28 Nopember 2011. Lebih lanjut disampaikan Sri Purnomo bahwa bantuan yang diberikan banyak dan cukup hingga tidak terjadi masalah.
Pada kesempatan tersebut bupati mengucapkan terimakasih mewakili masyarakaat penerima bantuan beras tersebut. Disampaikan pula bahwa dengan bantuan beras tersebut diharapkan akan dapat membantu kebutuhan beras bagi masyarakat, jangan malah dijual beras bantuan tersebut. Untuk keluarga kecil beras tersebut mungkin cukup untuk satu bulan dan itu sudah sangat membantu, sementara untuk jumlah keluarga yang besar barangkali belum cukup tetapi toh sudah sangat meringankan.
SedangkanFrananto Hidayat mewakili Yayasan Budha Tzu Chi Indonesia dalam kesempatan tersebut menyampaikan bahwa bantuan beras yang diserahkan tersebut untuk dibagikan warga di Kecamatan Cangkringan untuk lima desa yaaitu Desa Umbulharjo sejumlah 350 KK, Desa Wukirsari sejumlah 400 KK, Desa Kepuharjo sejumlah 850 KK, desa Argomulyo sejumlah 300 KK dan desa Glagaharjo 825 KK, masing-masing 20 Kg beras. Disampaikan pula bahwa bantuan beras ini berasal dari Taiwan dengan kualitas yang baik. Diharapkan dengan bantuan ini mendapat berkah dan cinta kasih tanpa pamrih ini dapat mendampingi penerima bantuan melalui detik demi detik dalam kehidupan ini.
Hadir dalam kesempatan tersebut antara lain Bupati Sleman, Kapolres Sleman ,Ketua DPRD Sleman, Camat Cangkringan dan pengurus Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Yogyakarta antara lain Arip, Jimi,Morgan. Sekaligus menyerahkan bantuan beras secara simbolis.
28
Nov
Dalam rangka mendorong semangat kebersamaan dan tekat yang kuat dari segenap unsur masyarakat untuk perbaikan lingkungan perlu dilakukan penanaman serentak sebagai langkah awal dimulainya kegiatan penanggulangan pemanasan global. Di Kabupaten Sleman acara pencanangan gerakan penghijauan Senin, 28 Nopember 2011 dengan gerakan penanaman di padukuhan Balong dan Gondang Umbulharjo Cangkringan dengan pertimbangan bahwa upaya konservasi perlu dilakukan diwilayah resapan air bagian atas dari wilayah Kabupaten Sleman pasca erupsi Merapi, agar kebutuhan air masyarakat di wilayah Sleman, Kota Yogyakarta dan Bantul dapat terpenuhi dengan baik.
Acara dihadiri pula oleh DANREM 072 Pamungkas Kol Kav Sumedy, SE., Ketua DPRD Sleman, Dandim, Kapolres, Kepala Dinas dan pejabat Sleman lainnya, kalangan swasta, Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa, kelompok tani, warga setempat dan didukung unsur TNI dan Polri. Acara dikemas dalam Gerakan Penghijauan dalam rangka Puncak Acara Pekan Penghijauan dan Konservasi Alam Nasional (PPKAN)ke-51, HUT KORPRI ke-40 dan Gerakan Penanaman Satu Milyar Pohon.
Danrem 072 Pamungkas mengatakan jajarannya telah menyiapkan 20 ribu tanaman untuk ditanam diwilayah Sleman khususnya lereng Merapi dan anggotanya telah siap untuk menanamnya bersama masyarakat untuk menghijaukan merapi dan diharapkan di lereng Merapi ini dapat menjadi sentra buah-buahan seperti durian, mangga, rambutan dll.
Bupati, Danrem, Kapolres, Dandim serta pejabat mengawali menanam pohon monumental yakni gayam, beringin, kenanga, kanthil, kepel dan sawo kecik dan juga dilakukan pelepasan burung, selanjutnya diikuti segenap eleman PNS, TNI, POLRI, Pelajar, masyarakat sekitar 1000 orang dengan menanam 6.170 batang tanaman meliputi mahoni, sengon, jati, jabon, mangga, rambutan, pete, durian dan akasia.
Dalam kesempatan ini Bupati Sleman mengatakan akibat erupsi Merapi merapi pada tahun 2010 yang lalu, di kawasan lereng Merapi telah kehilangan kawasan hutan seluas 840 ha hutan rakyat dan 1000 ha kawasan TNGM mengalami kerusakan. Hal ini sudah barang tentu sangat mempengaruhi kualitas lingkungan di Kabupaten Sleman pada khususnya dan DIY pada umumnya, terlebih Kabupaten Sleman merupakan hulu wilayah Prop DIY yang menjadi tumpuan sumber air bersih masyarakat DIY. Terlebih lagi pasca erupsi, kita kehilangan 20% tangkapan air di daerah resapan air. Melalui gerakan penghijauan yang dilakukan secara berkesinambungan diharapkan dapat mengembalikan hilangnya tangkapan air tersebut. Selain itu kebijakan untuk mengganti setiap pohon yang ditebang dengan menanam 10 pohon harus terus dilakukan. Regulasi ini diterapkan bagi siapa saja yang menebang pohon di area publik.
Pasca erupsi Merapi sebenarnya cukup tinggi kepedulian masyarakat untuk mengembalikan kehijauan lereng merapi. Begitu kawasan bencana erupsi Merapi dapat dikunjungi Masyarakat pada akhir tahun 2010, begitu banyak masyarakat yang berkunjung ke kawasan daerah bencana membawa bibit dan bahkan banyak langsung melakukan penanaman tanpa memahami kondisi lahan yang akan ditanami. Akibatnya tidak sedikit tanaman yang gagal untuk hidup.
Oleh karena itu, diharapkan masyarakat ataupun institusi yang melakukan gerakan penghijauan ataupun penanaman di lereng Merapi untuk selalu berkoordinasi dengan Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan khususnya bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura. Selain agar pohon yang ditanam memiliki kesesuaian dengan kondisi lahan, juga agar penanaman dilakukan pada lahan yang benar-benar bisa ditanami. Terlebih lagi, belum semua lahan di wilayah lereng Merapi pasca erupsi ini siap ditanami dengan pohon-pohon.
Bupati menambahkan senang melihat orang banyak yang menanam pohon itu merupakan tindakan yang sangat baik untuk menghijaukan lereng Merapi namun akan lebih baik lagi bila ada orang yang memelihara pohon yang telah ditanam maupun melakukan pendampingan terhadap tanaman agar tumbuh lebih baik. Bila musim hujan dipelihara dengan mencabut rumput-rumput yang tumbuh disekelilingnya dan bila musim kemarau dengan melakukan penyiraman sehingga pohon yang ditanam lebih banyak yang hidup secara mandiri.
25
Nov
Pemkab Sleman bersama Direktorat Jenderal Informasi Dan Komunikasi Publik, Kementrian Komunikasi dan Informatika RI menyelenggarakan Pagelaran Wayang Kulit dengan dalang Ki Warseno Slank dan Ki Edy Suwondo. Menurut Ketua panitia R.Djoko Handoyo, SH pagelaran Wayang akan diselenggarakan pada hari Sabtu 26 November 2011 jam 19.00 WIB s/d selesai di Lapangan Denggung Sleman dengan lakon “Pendowo Syukur”.
Acara tersebut diselenggarakan dalam rangka Sosialisasi Keketuaan ASEAN 2015 oleh Kominfo RI. Kegiatan Sosialisasi Keketuaan ASEAN 2015 mengambil tema “Menuju Komunitas ASEAN 2015”.
Acara tersebut akan dihadiri Bupati para pejabat Kominfo dan para pejabat di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sleman, camat dan parakepala desa.
Diharapkan masyarakat Sleman dapat menyaksikan wayang yang pasti sangat menarik tersebut.