Okt
23
Dari Mangayubagya Haji; Jamaah Haji Harus Teruskan Ibadahnya Sepulang Dari Tanah Suci
Pelaksanaan Haji tahun ini dapat dikatakan berjalan lancar sesuai dengan harapan, walaupun terdapat beberapa musibah yang menimpa jama’ah haji tahun ini. Musibah robohnya crane di Masjidil Haram dan peristiwa jemaah haji berdesakan di jalan 204, Mina juga menelan banyak korban jemaah haji Indonesia. Peristiwa tersebut memang di luar kehendak kita sebagai manusia adalah sesuatu yang kita maknai sebagai takdir Allah. Hal tersebut disampaikan Penjabat Bupati Sleman Gatot Saptadi pada acara mangayubagyo Haji di Rumah Dinas Bupati Kamis, 22 Oktober 2015. Lebih lanjut disampaikan bahwa sukses dalam ibadah haji dengan meraih haji yang mabrur, baik mabrur secara personal maupun secara sosial. Hal ini ditandai dengan peningkatan amal saleh dalam kehidupan bermasyarakat. Kemabruran haji akan sangat ditentukan oleh kita sendiri, apakah setiap kita mau dan mampu mengamalkan dan menebar kebenaran, kebaikan, kebajikan, yang menjadi esensi ibadah haji terhadap diri sendiri dan kepada sesama dalam hidup bermasyarakat.
Pasca menunaikan ibadah haji dan pulang ke kampung halaman dengan menyandang gelar haji atau hajah, bukan berarti jemaah haji telah mencapai ke mabruran dan karenanya merasa ibadahnya sudah selesai. Karena kemabruran tidak otomatis diperoleh setelah selesai menunaikan ibadah haji. Kemabruran adalah proses yang tidak berhenti di mana ibadah haji menjadi awal dari pengamalan segala nilai dan makna yang terkandung di dalamnya sekembalinya dari Tanah Suci.
Yang jelas pribadi haji yang mabrur ditandai oleh peningkatan ketakwaan juga ditandai dengan sikap cinta dan solidaritas yang tinggi terhadap sesama, dan saling menghargai terhadap perbedaan. Hal ini sejalan dengan pesan Rasulullah dalam khutbah wada 14 abad silam, yang perlu kita kedepankan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Saat itu dan juga di Padang Arafah, Rasulullah Saw menyampaikan khutbah wada yang legendaris, yang menyerukan persaudaraan sesama manusia (ukhuwah insaniyah) kepada seluruh umat manusia.
Kita ditakdirkan hidup dalam lingkungan masyarakat majemuk, baik dari segi agama, suku, bahasa dan budaya, maupun paham keagamaan. Terhadap sesama manusia kita perlu tumbuhkan solidaritas kemanusiaan (ukhuwah insaniyah), terhadap sesama muslim perlu kita kembangkan persaudaraan keislaman (ukhuwah Islamiyah), dan terhadap sesama bangsa kita rajut persaudaraan kebangsaan (ukhuwah wathaniyah). Tambah Gatot Saptadi, pada kesempatan tersebut jamaah dihimbau untuk terus mengembangkan nilai-nilai sosial yang sangat kita butuhkan dalam membenahi dan membangun kembali masyarakat kita yang lebih baik. Hal ini akan dapat terwujud bila nilai-nilai yang dikandung ibadah haji tersebut benar-benar dapat diimplementasikan oleh jamaah haji dalam kehidupan.
Sedangkan Kepala Baagian Kesra Drs. Hery Sutopo pada kesempatan tersebut melaporkan bahwa tujuan mangayubagyo Haji tersebut sebagai sarana silaturahmi antara jamaah haji kabupaten sleman setelah pulang dari tanah suci dengan penjabat bupati sleman. Hadir pada kesempatan tersebut antara lain anggota forum koordinasi pimpinan daerah, pimpinan DPRD, Kepala Kemenag Kab. Sleman, SKPD dll.