Bertempat di Fakultas Psikologi UGM Gedung A Ruang 203 Jl. Humaniora No. I Sleman Yogyakarta, Pemkab Sleman bekerjasama dengan Fakultas Psikologi UGM menyelenggarakan Lokakarya Pengembangan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), Rabu, 28 Desember 2011. Peserta lokakarya merupakan unsur Anggota FPK2PA Kab. Sleman, Ketua FPK2PA Kecamatan se Kab. Sleman, FPK2PA Propinsi DIY, Ketua P2TP2A Rekso Dyah Utami, Kepala BPPM Prop. DIY, PSW UGM, PSG UII, Direktur IDEA, Ketua Forum Anak Kab. Sleman, Ketua Komunitas PIK Remaja, Bappeda, DPKKD, Bag. Organisasi, Ketua Yogya Sehat Tanpa Tembakau, Ketua DPRD Komisi D.

Menurut Kepala Badan KB PPPA Kab. Sleman dr. Endang Pudjiastuti, M.Kes mengatakan bahwa maksud dan Tujuan Penyelenggaraan Lokakarya ini adalah : Melakukan kajian penjajagan kebutuhan (need assessment) tentang karakteristik kebutuhan terhadap Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2TP2A) di Kab. Sleman. lokakarya ini juga diselenggarakan untuk membahas dan member masukan akhir terhadap hasil penjajagan kebutuhan tersebut.   Narasumber pada lokakarya tersebut adalah dr. Endang Pudjiastuti, MKes (Kepala Badan Keluarga berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kab. Sleman), Prof. Dr. Endang Ekowarni ( Fakultas Psikologi UGM) dan Dr. Y. Sari Murti Widiyastuti, SH, M.Hum (Dekan Fakultas Hukum UAJY).  Hasil yang diharapkan akan dicapai dari kegiatan ini adalah naskah akademik tentang pengembangan organisasi, program kegiatan, dan jenis-jenis layanan dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A).

Acara dibuka oleh Bupati Drs. H Sri Purnomo, Msi,  Dalam kesempatan tersebut Bupati Sleman mengatakan bahwa lokakarya ini merupakan upaya strategis untuk mengetahui secara jelas langkah dan strategi apa saja yang dibutuhkan untuk pengotimalan pemberdayaan perempuan dan anak.

Di dalam penyelenggaraan pembangunan daerah, Pemerintah Kabupaten Sleman berupaya untuk mengoptimalkan pemberdayaan perempuan dan anak. Perempuan dan anak  memiliki hak yang sama secara hukum dengan kaum laki-laki, namun dalam realita di lapangan masih muncul berbagai permasalahan yang menyertai eksistensi perempuan dan anak. Bahkan permasalahan tersebut sering ditemukan dan dihadapi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat kita.

Setiap tahun terdapat peringatan Hari Perempuan sedunia, Hari Ibu dan hari anak, namun tidak semua perempuan mengetahuinya. Berbagai masalah masih saja melingkupi kaum perempuan, terutama realisasi kesetaraan gender, perlakuan tindak kekerasan terhadap perempuan, kasus trafiking, dan sebagainya.

Sebagai gambaran, kasus kekerasan yang terjadi pada tahun 2009 baik yang ditangani Polres Sleman (125 kasus) maupun Rekso Dyah Utami di DIY (124 kasus) yang 40%nya berasal dari Sleman. Hal ini merupakan salah satu indikasi bahwa kekerasan terhadap perempuan dan anak memang memerlukan kepedulian bersama.

Untuk penanganan kasus – kasus tersebut diperlukan komitmen yang serius oleh semua stakeholder. Komitmen tersebut tidak hanya memerlukan bukti sikap nyata, tetapi juga memerlukan kesamaan sikap dalam melaksanakan tanggung-jawab dan pembagian kerja. Bahkan untuk mengikat komitmen tersebut memerlukan sebuah mekanisme atau bahkan SOP.

Bupati berharap bahwa lokakarya ini secara obyektif dapat mengkaji apakah Pemerintah Kabupaten Sleman memerlukan kelembagaan PENGEMBANGAN PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK ( P2TP2A ). Mengingat di Pemkab Sleman secara kelembagaan telah terdapat berbagai institusi yang memiliki tanggungjawab yang kewenangan dalam penanganan permasalahan anak dan perempuan. Bahkan di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesehatan di 17 kecamatan juga telah dilengkapi psikolog.  Dengan kata lain, apakah yang dibutuhkan Pemkab Sleman untuk pengoptimalan penanganan permasalahan perempuan sebuah lembaga ataukah sebuah sistem yang mampu menterpadukan komitmen, tanggungjawab dan langkah nyata dalam penanganan permasalahan perempuanan anak.

Sementara itu terkait dengan pemberdayaan anak, Pemkab Sleman telah berupaya untuk mewujudkan Sleman sebagai Kabupaten Layak Anak hingga ke pelosok-pelosok pedesaan. Bahkan sudah beberapa desa yang berkomitmen untuk mewujudkan desa yang ramah anak. Berkaitan dengan hal tersebut, saya berharap kesediaan fakultas psikologi UGM untuk bersama-sama melakukan pembinaan dan fasilitasi kepada desa-desa tersebut, baik melalui program KKN maupun pengabdian sosial lainnya.

Hal ini diupayakan mengingat anak merupakan investasi masa depan, bukan hanya bagi orang tuanya tetapi juga masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena itu anak harus dilihat sebagai aset bangsa yang harus dilindungi. Tugas ini merupakan tanggung jawab kita bersama. Bupati Sleman juga berharap dengan lokakarya ini baik Pemkab dan masyarakat dapat semakin solid dalam menangani masalah perempuan dan anak. Sesuai dengan tekad bangsa Indonesia untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta penegakan HAM, perlindungan perempuan dan anak harus menjadi isu utama yang harus diatasi. Solusi problema ini memerlukan penanganan menyeluruh, terpadu dan terkoordinasi melibatkan semua pihak mulai dari keluarga, aparat mulai dari desa sampai tingkat nasional dan seluruh masyarakat Indonesia.