Sebagai daerah yang memiliki potensi bencana erupsi yang tidak dapat diprediksi kehadirannya, Pemerintah Kabupaten Sleman menyadari pentingnya upaya mitigasi bencana sejak dini. Untuk itu upaya mitigasi bencana tidak hanya dilakukan dengan simulasi dan gladi, namun Pemerintah Kabupaten Sleman juga mengarahkan sekolah, desa dan kampung untuk memiliki kesiapsiagaan terhadap bencana, sehingga saat ini Pemerintah Kabupaten Sleman telah memiliki, Desa Tangguh Bencana, Sekolah Siaga Bencana, serta Kampung Siaga Bencana, sebagai bentuk upaya seluruh pihak baik pemerintah, swasta dan masyarakat dalam mensiapsiagakan diri dalam menghadapi bencana. Hal tersebut disampaikan penjabat bupati sleman Gatot Saptadi sat membuka sarasehan peningkatan partisipasi masyarakat dalam upaya pengurangan resiko bencana di barak pengungsian Koripan Sindumartani Ngemplak Selasa 20 Oktober 2015.
Lebih lanjut disampaikaan bahwa selain sebagai daerah yang memiliki potensi erupsi, pada beberapa waktu yang lalu Kabupaten Sleman juga mengalami bencana kekeringan dan pada saat ini juga tengah mengalami musim pancaroba yang memungkinkan terjadinya bencana angin kencang, petir dan hujan lebat sekaligus longsor, untuk itu diperlukan kesiapsiagaan dari berbagai pihak dalam mengantisipasi bencana tersebut, tidak terkecuali bagi masyarakat Sleman, karena masyarakat merupakan penerima dampak langsung dari bencana dan sekaligus sebagai pelaku pertama dan langsung yang akan merespon bencana di sekitarnya. Masyarakat perlu dibekali pengetahuan agar tidak hanya siap menghadapi bencana tapi juga tangguh menanggulanginya.
Masyarakat yang  tangguh bencana ialah masyarakat yang mampu mengantisipasi dan meminimalisir kekuatan yang merusak melalui proses adaptasi. Mereka juga mampu mengelola dan menjaga struktur dan fungsi dasar tertentu ketika terjadi bencana. Dan jika terkena dampak bencana, mereka dapat membangun kehidupannya menjadi normal kembali atau paling tidak dengan cepat memulihkan diri secara mandiri.
Yang jelas peran masyarakat dalam mitigasi bencana men­jadi sangat penting, karena masyarakat merupakan subyek, obyek, sekaligus sumber pokok dalam usaha pengurang­an resiko bencana itu sendiri, karenanya partisipasi aktif masyarakat Sleman menjadi poin penting dalam upaya pengurangan resiko bencana, tidak akan didapat hasil yang maksimal jika hanya diupayakan oleh Pemerintah dan pihak swasta tanpa dibantu oleh masyarakat sendiri. Untuk itu saya mengharapkan peran aktif seluruh masyarakat Sleman dalam upaya kita meminimalisir resiko bencana. Kondisi daerah kita ini tidak dapat ditolak atau dihindari namun semoga apa yang kita upayakan bersama ini dapat memberikan dampak positif dan signifikan dalam meminimalisir resiko bencana di Kabupaten Sleman.
Pada kesempatan tersebut juga diserahkan bantuan tenda untuk desa tangguh bencana Purwobinangun, Pakembinangun Pakem dan Desa Donoharjo Ngaglik, serta bantuan sarana komunikasi  HT untuk 17 Kecamatan di kabupaten sleman.
Sedangkan kepala BPBD Kabupaten Sleman Drs.H. Julisetiono Dwi Wasito melaporkan bahwa maksud dan tujuan sarasehan  untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam penanggulangan bencana melalui peningkatan  partisipasi  masyarakat dalam rangkaian kegiatan  Bulan Pengurangan Resiko Bencana. Lebih lanjut dilaporkan bahwa peserta sarasehan sebanyak 190 orang terdiri dari antara lain Polres, Kodim, DPRD, Camat, Desa , dll.