Pemerintah Kabupaten Sleman memberikan apresiasi kepada pengampu, pengelola atau juru kunci mata air yang telah mengabdikan diri untuk kepentingan masyarakat dan lingkungan di Kabupaten Sleman dengan mengelola sumber mata air untuk berbagai kepentingan tanpa imbalan. Apresiasi diberikan berupa piagam penghargaan bagi 172 pengelola, bersamaan dengan sarasehan memperingati hari air se dunia tahun 2015 di pendopo Rumah Dinas Bupati Rabu, 18 Maret 2015. Ir. Sapto Winarno (Kadin SDAEM Sleman) mengatakan sumber mata air di Sleman cukup banyak mencapai 600 sumber namun yang teridentifikasi debit airnya dan dimanfaatkan baru 182 buah, dengan debit air dari 2 s/d 850 ltr/detik. Untuk tahun 2014 sumber mata air yang telah dibangun kontruksinya sebanyak 37 buah dan dikelola 6 OPPMA (Organisasi Petugas Pengelola Mata Air).

Bupati Sleman dalam sambutannya mengatakan upaya-upaya dalam melakukan konservasi air di Kabupaten Sleman mendesak untuk dilakukan mengingat ketersediaan air di Sleman akan mempengaruhi daerah lainnya karena Sleman merupakan daerah resapan air bagi DIY. Oleh karenanya, agar menjaga kelestarian mata air ini menjadi salah satu kearifan lokal di Kabupaten Sleman. Sesuai dengan Tema Peringatan Hari Air Sedunia tahun ini yaitu “Water and Sustainable Development” atau “Air dan Pembangunan Berkelanjutan”, maka perlu mengkampanyekan 3 hal. Pertama yaitu membangun penurapan (dibangun bak untuk disalurkan), kedua memelihara mata air dan terakhir adalah melakukan penanaman pohon di kawasan tangkapan air.

Perlu diketahui bahwa saat ini jumlah mata air yang terancam yaitu sekitar 40 mata air. Jumlah mata air yang terancam tersebut diperkirakan akan meningkat jika masyarakat tidak peduli dengan kelestariannya. Untuk itu Bupati mengajak seluruh warga masyarakat untuk melakukan upaya-upaya yang terlihat sederhana namun memiliki pengaruh yang cukup signifikan bagi ketersediaan air di sekitar. Penanaman pohon baik di pinggiran sungai, halaman rumah maupun di lokasi lainnya agar air hujan tidak langsung mengalir ke permukaan tanah perlu semakin digiatkan.

Sarasehan ini menghadirkan nara sumber Kabid DAS PU DIY, Ir Fauzan Umar dan dari Balai Besar Sungai Opak dan Serayu Al Boneh. Dalam sarasehan ini pengelola mata air menyampaikan permasalahan antara lain di wilayah Depok ada sumber mata air namun lokasinya di atas tanah milik perorangan sementara pemilik merasa keberatan apabila akan dibangun agar mata air bisa dimanfaatkan optimal. Juga ada kekhawatiran akan dijual untuk dijadikan perumahan. Kondisi ini tentu akan mengancam sumber mata air yang dimanfaatkan untuk 150 kolam diwilayah Depok. Sementara itu pengelola mata air juga mengkhawatirkan akhir-akhir ini alat-alat berat (Beckhoe) diwilayah Turi yang beberapa waktu yang lalu telah diturunkan ternyata naik lagi hal ini juga akan mengancam  kelestarian sumber mata air.